Laman

Minggu, 02 Oktober 2016

ARIESTA BIRAWA




Nama meraka muncul di era pertengahan tahun 60an dan di saat itu pula pengaruh musik pop ala the Beatles, Herman Hermith serta psychedelic seperti Pink Floyd, Procol Harum, Nektar dll. telah menyeruak sampai ke negeri tercinta ini maka tak heran bila Ariesta Birawa band asal surabaya ini pun bernuansa pop rock dan psychedelic. Grup musik ini muncul dari gagasan anak-anak muda yang ingin menyatukan ideologi mereka dalam alunan musik.

Band yang lahir di tahun 1964  di kota surabaya ini beranggotakan: Oedin Syach, Jefri Zainal, Sonata Tanjung, Noerche dan Mus Mulyadi.

Band ini berhasil merilis album pertama yang berjudul “Jaka Tarub” (DJOKO TARUB) pada sebuah label rekaman Dimita Moulding Record (MESRA). Ariesta Birawa bisa di bilang sangat fenomenal, karna pada saat  peluncuran album kedua berjudul Si Ompong yang dirilis oleh Serimpi Records, mereka adalah satu-satunya band yang direkam dan diedarkan oleh perusahan rekaman yang blum pernah merekam sebuah grup band sebelumnya. Karna kita tahu Serimpi Records selama ini hanya label rekaman yang merekam sanggar cerita lawak, gending jawa dan wayang orang serta ketoprak. Dan satu lagi yg membuat mereka semakin fenomenal adalah saat perusahan rekaman dari jerman yaitu Shaddock Records kembali merilis album kedua mereka yg bertittle “Si Ompong”. Tentulah membuat smua orang terkejut dan kembali teringat akan Ariesta Birawa, nama yang hampir dilupakan di negeri tercinta ini.

Ariesta Birawa bersama band lain di era 60an dan 70an, dari negeri tercinta inilah kemudian menjadi sebuah tolak ukur bahwa musik anak negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dari era 60an sampai skarang. Namun, untuk meraih semua impian itu tidak segampang yang kita bayangkan. Karena dalam proses mempersiapkan album kedua, mereka di hadapkan pada problematika internal yaitu keluarnya personil mereka satu persatu.

Mus Mulyadi keluar dari grup, lalu dia bersama Arkan (gitaris muda) yang di sebut sebagai “Jimmy Page”-nya surabaya, membentuk “Exotic Band”. Mus Mulyadi berpindah dan membentuk group baru “Favorite band“. Tak lama berselang, Sonata Tanjung kemudian bersama Ucok membentuk “AKA Band“. Dan terakhir bergabung dengan “SAS". Praktislah bawah Ariesta Birawa hanya tersisa tiga orang yaitu Jefry Zaenal (drummer), Oedin Syach (gitar/vokal) dan Noerche (bass/vokal). Meski mengalami kesulitan di tahap awal saat menyelasaikan album kedua mereka, tidak meredupkan tekad yang kuat dan kerja keras serta jiwa spartan mereka. Patutlah di ajungi jempol saat mereka meyelasaikan album kedua. Banyak orang yang beranggapan miring tetang album kedua karna tanpa hadirnya Sonata Tanjung dan Mus Mulyadi. Tapi anggapan miring itu terbantahkan karna justru kolabarasi tiga orang anggota band yang tersisa malah menghadirkan corak warna musik dengan konsep yang begitu berbeda, bisa di bilang berubah 180 derajat. Album pertama “Jaka Tarub” lebih bernuansa Pop serta Folk. Sedangkan di album kedua ini lebih bernuansa pop rock serta psychedelic.

Musik mereka lebih matang dalam konsep suara juga aransemen musiknya. Sayangnya setelah sukses mngeluarkan album kedua, mereka seakan-akan hilang dari peredaran musik tanah air dan gak pernah lagi terdengar nama mereka dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sampai pada berita paling mengejutkan bahwa Ariesta Birawa, grup band dari Indonesia serta grup band lain seperti Shark Move, Benny Soebardja dan Guruh Gipsy dirilis ulang oleh label rekaman Jerman (Shaddock Records). Inilah satu bentuk apresiasi yang luar biasa yang diberikan oleh orang  luar negeri terhadap musik anak negeri yang semestinya kita yang memberikan hal itu. Dari sinilah kita harus berani berjuang melawan lupa dan saatnya kita bangga terhadap karya anak negeri. Dan satu lagi point penting yang kita dapat dari peristiwa itu bahwa banyak para kolektor musik mulai kasak-kusuk mencari album mereka yang telah lama terlupakan di negeri tercinta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...