Laman

Kamis, 08 September 2016

BUDDY HOLLY




Dilahirkan pada 7 September 1936 sebagai Charles Hardin Holley di Lubbock, Texas dari orangtua bernama Lawrence Odell Holley and Ella Pauline Drake. Dibesarkan di tengah keluarga penggemar musik, Holley sudah belajar bermain biola, piano, dan gitar sejak dari kecil. Sewaktu SMP, ia bertemu Bob Montgomery di musim gugur 1949. Keduanya memiliki minat musik yang sama, dan langsung membentuk duo "Buddy and Bob". Duo ini awalnya terpengaruh musik bluegrass dan sering manggung di sejumlah klub lokal dan panggung musik SMU. Sewaktu bersekolah di SMA Lubbock, minat musik Holley terus berkembang semasa mengikuti paduan suara di sekolah.

Holley berminat pada musik rock setelah melihat pertunjukan Elvis Presley di kota Lubbock, awal tahun 1955. Beberapa bulan kemudian, Holley sudah muncul dalam pertunjukan bersama Elvis di Lubbock. Holley benar-benar jadi penyanyi rock sewaktu ditampilkan sebagai atraksi pembuka di konser rock lokal yang mengetengahkan Bill Haley & His Comets. Konser rock tersebut diorganisir Eddie Crandall yang juga manajer Marty Robbins. Setelah menyaksikan aksi Holley di panggung, Decca Records menawarkannya kontrak rekaman. Menurut buku yang ditulis Amburn (hlm. 45), nama "Holley" diganti menjadi "Holly" sewaktu menandatangani kontrak dengan Decca, 8 Februari 1956. Di antara rekaman yang direkam di Decca waktu itu terdapat versi awal lagu "That'll Be The Day." Judul lagu tersebut berasal dari ucapan berulang-ulang oleh tokoh yang diperankan John Wayne dalam film The Searchers keluaran tahun 1956.

Setelah pulang ke Lubbock, Holly membentuk band The Crickets dan mulai rekaman di studio milik Norman Petty di Clovis, New Mexico. Norman punya koneksi di dunia musik dan yakin "That'll Be the Day" akan menjadi lagu hit. Setelah ditawarkan ke berbagai perusahaan rekaman dan label, Coral Records (anak perusahaan Decca) akhirnya mau mengontrak Buddy Holly dan The Crickets. Kontrak rekaman tersebut membuat Buddy Holly dikontrak dua perusahaan sekaligus. Sebelum "That'll Be The Day" dirilis di seluruh AS, Holly sempat bermain gitar dalam lagu "Starlight" dengan Jack Huddle sebagai vokal. Singel tersebut direkam bulan April 1957.

Dalam sejumlah lagu-lagunya, Holly menggunakan teknik vokal seperti orang "tersedak" dengan menambahkan "a-ah" pada suku kata tertentu yang berfungsi sebagai penekanan. Seperti halnya penyanyi rock and roll yang lain, Elvis Presley juga menggunakan cara bernyanyi tersebut. Bait lagu "Rave On" misalnya, dinyanyikan sebagai "Weh-UH-eh-UH-ell, the little things you say and do, make me want to be with you-UH-ou..." ("UH" diucapkan seperti "a-ah"). Lirik "That'll Be the Day" dinyanyikan Holly sebagai "Well, you give me all your lovin' and your UH-turtle dovin'..."

Musik Holly menjembatani perbedaan rasial yang mewarnai sejarah musik roll and roll. Semua penonton pada pertunjukannya di Apollo Theater, New York adalah orang berkulit hitam. Holly perlu tampil beberapa kali sebelum penonton sadar akan bakatnya, dan tidak langsung sukses seperti diceritakan dalam film The Buddy Holly Story produksi 1978.

Setelah merilis sejumlah lagu yang sangat sukses, grup Holly and the Crickets melakukan tur keliling di Britania Raya tahun 1958. Teman sekolah McCartney dan George Harrison yang bernama Tony Bramwell pergi menonton dan bertemu dengan Holly. Bramwell kemudian meminjamkan piringan hitam yang dimilikinya kepada John Lennon, Paul McCartney, dan George Harrison. Lennon dan McCartney pernah berkata bahwa mereka banyak dipengaruhi Buddy Holly. Nama serangga, The Beatles dipilih untuk mengikuti nama band Buddy Holly, The Crickets. The Beatles pernah dengan hampir persis menyanyikan lagu "Words of Love" yang dulunya dibawakan Holly. McCartney adalah seorang penggemar Holly, dan sekarang merupakan pemilik hak peredaran (publishing rights) atas lagu-lagu Buddy Holly.

Gaya bermusik Holly lebih sopan daripada Elvis, namun lebih inovatif dibandingkan bintang musik country dan western pada zamannya. Musik Holly mempengaruhi generasi muda di Eropa dan Amerika hingga dekade-dekade selanjutnya. Dimulai dari band folk rock seperti The Byrds and The Turtles, pengaruh Buddy Holly terbawa hingga ke pemusik beraliran new wave seperti Elvis Costello dan Marshall Crenshaw. Dalam film La Bamba tentang Ritchie Valens, Crenshaw pernah berperan sebagai Buddy Holly.

Holly menikah dengan Maria Elena Santiago pada 15 Agustus 1958. Maria dilamarnya pada kesempatan kencan pertama.

Holly yang ambisius semakin tertarik dengan dunia musik di kota New York, sementara rekan-rekannya lebih senang tinggal di Lubbock. Holly menghormati keinginan mereka dan grup musik The Crickets bubar. Holly mulai melakukan pertunjukan solo dengan bintang rock and roll, termasuk Ritchie Valens dan J.P. Richardson, "The Big Bopper".

Bob Dylan sewaktu masih muda ikut menonton pertunjukan Buddy Holly di Duluth National Guard Armory, 31 Januari 1959. Hal tersebut dinyatakannya sewaktu menerima penghargaan Grammy untuk album Time out of Mind (1977).
"Juga saya ingin menyampaikan, ketika saya enam belas atau tujuh belas tahun, aku pergi lihat Buddy Holly di Duluth National Guard Armory, dan aku hanya 3 kaki [1 m.] darinya... dan ia melihat kepadaku. Dan kurasakan hal seperti yang dirasakannya, aku tidak tahu bagaimana dan kenapa, tapi kutahu dia selalu bersama kita, kami juga membuat album ini seperti itu."
Setelah pertunjukan di Duluth sebanyak dua malam, Buddy Holly bersama Ritchie Valens, J.P. Richardson melakukan pertunjukan penghabisan di Clear Lake, Iowa.
Setelah pertunjukan 2 Februari 1959 di Surf Ballroom, Clear Lake, Iowa, Buddy Holly mencarter pesawat Beechcraft Bonanza untuk menerbangkannya ke Fargo, North Dakota bersama dua anggota band yang baru, Tommy Allsup dan Waylon Jennings. Carl Bunch tidak ikut dengan rombongan karena tiga hari sebelumnya masuk rumah sakit akibat radang dingin. The Big Bopper baru saja sembuh dari flu dan ingin ikut terbang supaya cepat sampai di tujuan. Jennings diminta untuk mengalah karena pesawat cuma berkapasitas 4 orang (3 penumpang, 1 pilot). Ritchie Valens sebelumnya belum pernah naik pesawat kecil, dan meminta Allsup untuk mengalah. Valens dan Allsup mengundi siapa yang ikut terbang dengan melemparkan uang logam. Valens menang, dan pesawat Beechcraft Bonanza lepas landas sekitar pukul 01:05 dini hari. Cuaca baik walaupun malam sangat dingin, tapi pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas. Pemilik pesawat, Jerry Dwyer menemukan puing-puing pesawat beberapa jam kemudian, sekitar 12 km dari bandara di tanah milik Albert Juhl. Kecelakaan ini menewaskan Holly, Valens, Richardson, dan pilot berusia 21 tahun, Roger Peterson. Holly tewas meninggalkan istrinya, Maria Elena Holly yang sedang hamil (namun akhirnya keguguran). Laporan resmi Civil Aeronautics Board (salah satu cikal bakal Federal Aviation Administration) menyatakan kecelakaan disebabkan kesalahan pilot.

Walaupun kecelakaan yang menewaskan Holly diliput secara luas, namun berita nasional menggantinya dengan liputan kecelakaan American Airlines Penerbangan 320 yang terjadi hari yang sama di Bandara La Guardia, New York City.

Upacara pemakaman Holly diadakan di Gereja Baptis Tabernacle di Lubbock. Jasad Holly dimakamkan di Pumakaman Umum Kota Lubbock yang terletak di sebelah timur kota. Ejaan namanya yang benar, Buddy Holley diukir pada batu nisan yang diberi grafir gambar gitar Fender Stratocaster. Di pusat kota Lubbock sekarang terdapat "walk of fame" berupa trotoar yang dipasang plakat milik sejumlah bintang kelahiran Lubbock, seperti Glenna Goodacre, Mac Davis, Maines Brothers Band, Waylon Jennings, serta patung Buddy Holly karya pematung Grant Speed (1980) sebagai atraksi utama. Patung ini seukuran tubuh Holly dengan pose sedang bermain gitar Fender. Di kota Lubbock juga terdapat jalan bernama Buddy Holly Avenue, dan museum tentang seni dan musik Texas yang diberi nama Buddy Holly Center.
Kecelakaan pesawat Holly yang tragis menjadi inspirasi bagi Mike Berry & The Outlaws untuk merilis singel "Tribute to Buddy Holly" (1961). Selain itu, Don McLean mengabadikan tanggal 3 Februari sebagai "Hari Matinya Musik" (The Day the Music Died) dalam lagu ballad tahun 1971, "American Pie". Berbeda dari mitos yang beredar, "American Pie" bukanlah nama pesawat yang naas tersebut. Selain bernomor registrasi N3794N, pesawat tersebut tidak memiliki nama. 

Surf Ballroom yang menjadi arena pertunjukan terakhir sebelum Holly tewas, berubah arena konser musik yang populer dengan musisi terkenal. Setiap tahun, konser terakhir Holly di Surf Ballroom diperingati dengan konser persembahan untuk Buddy Holly.

Pada tahun 1997, Holly menerima Grammy Lifetime Achievement Award (penghargaan atas pencapaian seumur hidup) secara anumerta. 

Musik Buddy Holly tidak ikut terkubur bersamanya. Semasa hidupnya, Holly begitu produktif dan menghasilkan cukup banyak rekaman. Perusahaan rekamannya bisa merilis berbagai singel dan album baru Buddy Holly hingga 10 tahun setelah kematiannya. Pita demo yang direkam secara sederhana oleh Holly ditambah iringan musik hasil overdub musisi studio menjadi rekaman yang pantas dijual. Di antara rekaman peninggalannya yang dirilis setelah Holly meninggal, singel berisi "Peggy Sue Got Married" dan "Crying, Waiting, Hoping" mungkin adalah singel yang paling banyak dikenal orang. Singel tersebut dirilis tahun 1959 dengan produser Jack Hansen, ditambah vokal latar The Ray Charles Singers. Produser Hansen melakukan proses rekaman berlapis-lapis (overdub) terhadap enam rekaman asli Holly. Hasilnya dirilis tahun 1960 sebagai piringan hitam The Buddy Holly Story, Volume Two di bawah label Coral.

Buddy Holly terus dipromosikan dan dijual seperti layaknya musisi yang masih hidup. Penggemar setia lagu-lagu Holly terus bertambah, khususnya di Eropa. Permintaan pasar terhadap rekaman Buddy Holly begitu besar, sampai-sampai produser Norman Petty terpaksa melakukan overdub berbagai macam peninggalan Holly yang bisa ditemuinya. Rekaman yang tadinya tidak jadi dipakai karena kurang baik, master rekaman yang tadinya ditolak, "Crying, Waiting, Hoping" berikut lima trek asal tahun 1959 (ditambah aransemen baru surf-guitar), dan bahkan pita demo amatir Holly asal tahun 1954 semuanya menjadi bisa dijual. Album terakhir Buddy Holly, Giant (dengan singel "Love Is Strange") dirilis tahun 1969. Penggemar Holly bebas memilih berbagai macam versi dari lagu yang sama, mulai dari overdub asal tahun 1959-1960 oleh produser Jack Hansen hingga overdub pada tahun 1960-an oleh produser Norman Petty.

Tahun 1988, Ken Paquette, seorang penggemar sejak tahun 1950-an mendirikan monumen dari besi tahan karat di lokasi kecelakaan. Bentuknya seperti gitar steel dan 3 piringan hitam bertuliskan nama Holly, Valens, dan Richardson. Monumen tersebut terletak di tanah peternakan, sekitar 8 km. sebelah utara Clear Lake, atau 2,2 km. sebelah barat persimpangan 315th Street and Gull Avenue. Sejak 17 Juli 2003, monumen serupa juga bisa dilihat di dekat Riverside Ballroom, Green Bay, Wisconsin.

Kehidupan Holly yang dramatis dibuat film The Buddy Holly Story dengan bintang Gary Busey. Film ini menghasilkan nominasi Academy Award untuk Busey, dan dijadikan drama musikal di gedung teater Broadway dan West End. Pentas musikal Buddy - The Buddy Holly Story bertahan di West End selama 13 tahun. Filmnya sendiri dikritik sebagai tidak akurat, sehingga Paul McCartney memprakarsai pembuatan video dokumentasi berjudul "The Real Buddy Holly Story". Video tersebut antara lain berisi wawancara dengan Keith Richards, Phil dan Don Everly, Sonny Curtis, Jerry Allison, keluarga Holly, dan McCartney sendiri. Billy McGuigan, seorang musisi lokal dari Omaha, Nebraska berperan sebagai Holly dalam musikal "Rave On!" yang dipentaskan di Omaha Community Playhouse setiap bulan Desember sejak tahun 2003.

Inspirasi lagu American Pie oleh Don McLean kemungkinan didapat dari peristiwa "Day the Music Died" (hari tewasnya Buddy Holly, Ritchie Valens and The Big Bopper dalam kecelakaan pesawat). Bait pertama berisi tentang kematian Buddy: "Tapi Februari membuatku menggigil, dengan setiap koran kuantarkan... berita buruk di depan pintu.. Aku tak dapat maju selangkah lagi.. Aku tak dapat mengingat apakah aku menangis, ketika aku membaca tentang pengantinnya yang menjanda." Frasa "Day the Music Died" juga digunakan pada sampul majalah Time sewaktu mengangkat berita tewasnya John Lennon.

Pada tahun 2004, Buddy Holly dimasukkan ke dalam urutan ke-13 Artis Terbesar Sepanjang Sejarah (100 Greatest Artists of All Time) versi majalah Rolling Stone. Lagu-lagu yang diciptakan sepanjang karier bermusik Buddy Holly yang singkat ternyata berpengaruh besar bagi sejumlah pemusik rock generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...