Laman

Senin, 14 November 2016

BURONAN MERTUA : Cadas Tapi Positif




Tegas, unik dan berapi -api, mungkin adalah kata-kata yang cocok untuk mendeskripsikan band rock underground asal Jakarta, Buronan Mertua. Mengusung tema lagu berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam keseharian sosial di masyarakat, grup yang beranggotakan Bhabay (vokal), Arif ‘Ribs’ (Gitar), Sonata (gitar), Murry (bass) dan Bison (drum). Mereka mmiliki beberapa lagu andalan dengan lirik yang nyentrik dan jahil seperti, ‘Kejar Setoran’, ‘Cadangan Obsesi’, ’Berapi-Api’ dan ‘Kritik Tanpa Solusi’.

Sebelum terbentuk dengan nama Buronan Mertua pada tahun 2010, Bison yang saat itu masih tergabung dalam sebuah band bernama Lokomotif, awalnya mengajak Sonata untuk nge-jam bareng. Lalu mereka berdua merekrut Arif dan Murry yang saat itu juga masih tergabung dalam sebuah band, untuk menjadi personil tambahan, maka dimulailah perjalanan musik Buronan Mertua.
 
Setelah resmi terbentuk, Buronan Mertua sempat mendapatkan kendala saat prosesi rekaman lagu karena harus beberapa kali berganti vokalis. Hingga akhirnya, diawal tahun 2011 Bhabay yang awalnya diajak oleh oleh Sonata, ikut bergabung kedalam grup dan mereka melanjutkan kembali rekamannya. Kerja keras pun akhirnya membuahkan hasil, pada bulan April 2011 pekerjaan studio mereka selesai dan Buronan Mertua kemudian merilis lagu dalam format EP, dengan single pertamanya ‘Berapi-Api’.

Pada saat itu, mereka hanya berencana untuk merilis sebuah mini album yang berisikan lima lagu. Namun karena banyaknya dukungan dari kerabat dan orang terdekat  akhirnya mereka memutuskan untuk menambah lagunya dan album pertama Buronan Mertua “Rock Asal- Asalan”  rilis pada akhir tahun 2011 dibawah naungan indie label, Demajors.

Nama mereka mulai menanjak pada tahun 2011, saat mengikuti sebuah ajang kompetisi rock band nasional, dimana pemenangnya akan mewakili Indonesia untuk tampil di sebuah festival musik di Inggris. Walaupun tidak berhasil memenangkan kompetisi, namun lagu ‘New War’, berhasil mencuri banyak perhatian. Di tahun selanjutnya, Buronan Mertua mendapatkan kesempatan untuk perform di Malaysia, menjadi salah satu band pengisi di sebuah acara musik disana.

Berbicara soal nama band, selain agar terdengar nyentrik dan unik, ternyata memiliki makna yang dalam dari pemilihan istilah Buronan Mertua tersebut. Arif menjelaskan awalnya dia dan rekan-rekannya terinspirasi dari tulisan-tulisan yang biasa ditemukan di punggung truk. Istilah tersebut merupakan sebuah ungkapan yang biasanya digunakan untuk seseorang yang berjuang keras, bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

’’Biarpun dengan upah yang pas-pasan, supir atau kernet truk itu tetap berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah demi keluarganya. Cerminan semangat dalam menjalani hidup seperti itulah yang mau kita usung di dalam setiap musik Buronan Mertua,” ujar gitaris yang akrab disapa Ribs itu.

Menjadi band indie di Indonesia pastilah banyak perjuangan yang harus dilalui, apalagi Buronan Mertua sendiri mengusung aliran musik keras. yang bisa dibilang kurang umum ditelinga masyarakat. Namun, menurut Bison, hal tersebut tidak terlalu membebani dia dan teman-temannya. Karena musikalitas yang sejak awal, bahkan hingga saat ini mereka jalani, bukanlah sekedar untuk mencari popularitas semata.

“Buatlah Lagu yang Bermakna dan Bisa Dibagikan Kepada Orang – Orang” adalah sebuah kalimat sederhana, namun penuh makna dari seorang kerabat membuat Buronan Mertua semakin memantapkan hati untuk mengabdikan diri mereka. Menciptakan musik yang idealis dan tidak terbelenggu oleh hingar bingarnya industri musik Indonesia.

’Kita selalu mengangkat tema yang menceritakan tentang pahitnya hidup, namun kita juga berbicara tentang resolusi-resolusinya dalam setiap lagu-lagu kita. Setiap orang pasti punya masalah, banyak yang nasibnya bisa dibilang lebih kurang beruntung dari kita. Namun mereka masih tetap berusaha sekuat tenaga menjalani hidupnya. Hal-hal seperti Itulah yang menjadi filosofi Buronan Mertua. Pokoknya kita mau menampilkan musik yang cadas, tapi positif. Karena biasanya musik-musik underground, imagenya di mata masyarakat kurang baik dan Buronan Mertua sendiri mau mengubah cara pandang yang seperti itu”  tutur Bison dengan penuh semangat.

Selain nama, hal unik lainnya dari band ini adalah genre mereka yaitu, Rock Asal – Asalan. Mereka menjelaskan, bahwa musik-musik yang dihadirkan oleh Buronan Mertua itu sendiri, terinspirasi dari banyak genre. Karena setiap personilnya menyukai aliran yang berbeda-beda, seperti misalnya Bison dan Ribs mengaku referensi musiknya adalah Led Zeppelin, Metallica, Guns N Roses, Radiohead, Deep Purple. Sedangkan Sonata lebih cenderung ke Eric Clapton, dan Jerry Douglas.

Karena Buronan Mertua mengusung musik dari berbagai macam jenis sebagai influence dan tidak ingin secara spesifik mengusung tema rock metal, maka lahirlah sebuah genre baru yang mereka sebut dengan Rock Asal-Asalan. Sebuah genre musik dimana rock berfondasi sebagai basis, dengan kebebasan bereksperimen didalamnya.

’’Sekarangkan  banyak tuh musik dengan genre-genre baru, seperti misalnya punk melodic atau metal melodic. Nah jadinya kita sah-sah aja kalau kita menggunakan rock asal-asalan sebagai genre. Sebenernya sih, kita nggak terlalu peduli kalau ada orang yang bilang, kalau kita tuh genrenya metal, hardcore atau yang lain-lainya. Yang jelas sih, dari Buronan  Mertua sendiri sudah sepakat, kalau genre kami itu rock, sehingga saat bikin musik, ya bisa tetap fokus di jalur yang itu,” ungkap Bison.

Dengan idealisme yang kuat, band ini berharap musik mereka bisa diterima dan terus dinikmati oleh masyarakat. Khususnya para fans mereka yang biasa disebut “Para Mantu”. Dedikasi bermusik Buronan Mertua menurut Bison, memang sepenuhnya dicurahkan untuk Para Mantu, dengan tujuan seperti filosofi mereka yakni memberikan semangat dalam menjalani hidup yang pahit.

Kedekatan para personil dengan fansnya pun, bisa dibilang sangat dekat. Seakan tidak mau ada jarak, mereka sering kumpul bareng dengan Para Mantu disebuah warung nasi uduk yang juga mereka kelola dibilangan Condet Jakarta Timur. ’’Dengan bertemu Para Mantu, untuk sekedar ngobrol-ngobrol atau mendengarkan cerita mereka, membuat kami semakin semangat untuk terus berkarya dan mendedikasikan lagu-lagu kami sepenuhnya untuk Para Mantu,” jelas Bison.

Meskipun sudah menjadi salah satu band rock yang terbilang populer dan sudah mempunyai fan base nya sendiri, Bison merasa masih banyak hal yang harus dilakukan dia dan teman-temannya. Untuk menjaga eksistensi Buronan Mertua agar terus berkarya dalam dunia permusikan di Tanah Air dan menyenangkan Para Mantu. Saat ini mereka sedang mengerjakan projek album kedua mereka, yang rencananya akan dirilis pada tahun ini. Pada album kedua nanti mereka berniat menyajikan musik dengan irama yang lebih keras dengan lirik yang semakin bersemangat dibandingkan album pertamanya.

(Newsmusik, 12/02/2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...