Laman

Minggu, 07 Agustus 2016

BRUCE DICKINSON




Dilahirkan pada 7 Agustus 1958 di Worksop, Nottinghamshire, Inggris, dengan nama lengkap Paul Bruce Dickinson. Ibunya, Sonia, bekerja paruh waktu di sebuah toko sepatu, dan ayahnya Bruce, adalah seorang mekanik di ketentaraan. Kelahiran Dickinson mendorong pasangan muda ini, yang saat itu masih remaja, untuk menikah. Awalnya, dia dirawat oleh kakeknya; kakeknya adalah seorang pekerja tambang di pertambangan lokal dan neneknya adalah seorang ibu rumah tangga. Hal ini diceritakan di lagunya “Born In ‘58” dari album Tattoed Millionaire.

Pengalaman musik pertama Dickinson adalah menari di ruang depan kakeknya diiringi “The Twist” milik Chubby Checker, saat dia masih tinggal dengan mereka di Balai Kerja. Rekaman pertama yang dimilik Dickinson adalah single The Beatles “She Loves You”, yang membuatnya untuk membujuk kakeknya agar dibelikan rekaman itu, yang membuat Bruce lebih tertarik pada musik. Dia mencoba untuk memainkan sebuah akustik gitar milik kakeknya, tapi membuat jarinya bengkak.


Dickinson memulai karirnya dalam musik dengan mengujungtombaki beberapa band pub kecil pada 1970an, antara lain Speed dan Shots, sambil belajar di sekolah di Sheffeild dan Universitas di London. Pada 1979, dia bergabung dengan band new wave of British heavy metal Samson, dengan siapa dia mendapatkan popularitas dibawah nama panggung “Bruce Bruce” dan tampil di dua rekaman studio, Head On dan Shock Tactics. Dia meninggalkan Samson pada 1981 untuk bergabung dengan Iron Maiden.


Bruce tidak hanya mendalami pilot atau musisi rock. Dickinson juga mendalami olahraga anggar dan tulis-menulis. Ya, Dickinson, vokalis kelompok musik heavy metal Iron Maiden, memang sosok penuh bakat. Dickinson, bahkan telah mempelajari anggar saat masih berusia 13 tahun. Sementara, banyak orang baru paham, bahwa dia juga pandai menulis saat menerbitkan sekuel Lord Iffy Boatrace dan The Missionary Position pada 1990 dan 1992, yang terjual sekitar 30 ribu kopi. Tapi, Dickinson adalah vokalis Maiden, band yang pernah begitu merajai  pelataran rock dunia di era 1980-an. Tapi, Dickinson juga seorang pilot profesional yang telah memiliki lisensi terbang sejak 1990-an dan sejak 2007, bekerja di perusahaan penerbangan Astraeus, sebagai marketing director dan kapten. Dickinson  biasa menerbangkan pesawat Boeing 757.


Di Astraeus, Dickinson bertugas menerbangkan pesawat komersil Boeing 757 dari Inggris Raya dengan tujuan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Namun, Dickinson juga punya pengalaman terbang ke wilayah konflik. Pada 2007, dia pernah ditugaskan mengangkut sekitar 200 warga Inggris Raya dari Lebanon saat terjadi konflik. Dickinson juga punya pengalaman lain, saat menerbangkan klub sepak bola Skotlandia, Rangers FC, ke Israel saat bertanding di Piala UEFA lawan Hapoel Tel Aviv. Klub elite Inggris, Liverpool, juga pernah dia terbangkan saat duel lawan Napoli di Italia, Oktober 2010. Sementara untuk grupnya, Dickinson mulai menjadi pilot bagi rekan-rekannya saat tur  dunia Somewhere Back in Time pada 2008-09. Ketika itu, menggunakan pesawat khusus yang diberi nama "Ed Force One", mereka menjelajah 20 kota di 13 negara dengan Dickinson sebagai pilot dan vokalisnya!


Menyusul penutupan Astraeus pada 21 November 2011, Dickinson berlanjut menjadi pengusaha saat dia meluncurkan Cardiff Aviation Ltd pada 1 Mei 2012, sebuah bisnis perawatan pesawat yang terletak di Twin Peaks Hangar di St Athan, Vale of Glamorgan, Wales. Menurut The Wall Street Journa, pada Januari 2013 Cardiff Aviation menciptakan 40 lapangan pekerjaan dan berharap memiliki lebih dari seratus personel pada musim panas 2013. Pada Juni 2013, The Daily Telegraph melaporkan bahwa bisnis ini berkembanga antara 60 dan 70 pegawai dan dalam pembicaraan untuk membuat perusahaan penerbangan mereka sendiri. Pada Agustus 2015, Cardiff Aviation bersepakat untuk menyiapkan dukungan angkutan udara dengan Air Djibouti.


Untuk tur di Indonesia, yang punya title "The Final Frontier World Tour 2011", Dickinson juga menerbangkan sendiri pesawat Iron Maiden, yang mendarat di Halim Perdana Kusuma. Rombongan Iron Maiden kabarnya berkekuatan 70 orang plus barang bawaan tak kurang dari 20 ton! Dickinson memang bukan hanya sosok vokalis yang punya suara dan aksi panggung ciamik. Karisma dia, di panggung dan kehidupan sehari-hari pun amat melekat di kalangan penggemar Iron Maiden. Tak heran, banyak penggemar kehilangan, saat Dickinson mundur dari Iron Maiden pada 1993 untuk fokus di solo albumnya. Kehadiran Blaze Bayley, sebagai vokalis pengganti, dianggap jauh dari harapan. Karakter vokal Bayley yang berbeda dianggap telah membunuh nyawa lagu-lagu Iron Maiden. Maka itu, kembalinya Dickinson sebagai vokalis utama grup ini pada 1999 bersama gitaris Adrian Smith yang sempat mundur pada 1990, disambut gegap gempita.

Dickinson sendiri pertama kali bergabung dengan Maiden pada 1981 menggantikan vokalis sebelumnya, Paul Di'Anno, yang kerap bermasalah dengan alkohol. Hebatnya, album pertama Maiden bersama Dickinson, pada 1982, The Number of the Beast, langsung membawa Maiden menjulang. Mereka pun mulai diperhitungkan sebagai salah satu band terbesar masa itu. Terutama usai merilis album  Piece of Mind dan Powerslave pada 1983 dan 1984. Lagu-lagu yang terdapat di dua album tersebut, seperti "Aces High, "2 Minutes to Midnight", Powerslave", "Where Eagles Dare", "Flight of Icarus", "The Trooper", menjadi lagu wajib dengar di kalangan metalhead ketika itu. Kejayaan Maiden bersama Dickinson pun tak luntur ditelan zaman, meski belakangan muncul grup-grup baru dengan jenis musik yang beragam. Buktinya, Agustus 2010, Maiden merilis album terbaru mereka, "The Final Frontier". Gaya mereka pun masih sama. Musik Maiden  pun tak jauh berbeda dengan yang mereka mainkan pada 1980-an. Masih menderu-deru, dengan gebukan drum Nicko McBrain yang berbalut cabikan bass apik dari Steve Harris. Sementara vokal Dickinson, seperti biasa, melengking mengikuti ranungan gitar Janick Gers, Adrian Smith, dan Dave Murray. 

Bruce Dickinson, yang pada awal 2015 menjalani kemoterapi dan radiologi tujuh minggu untuk mengobati tumor kanker kecil di bagian belakang lidah, kini ia telah merasakan kondisi tubuhnya semakin normal setelah tim medis dengan kerja keras merawat selama beberapa bulan terakhir hingga Bruce terbebas dari penyakit kanker.

Meskipun Bruce ingin melanjutkan kegiatan di band, akan membutuhkan waktu cukup lama sebelum ia benar-benar kembali dalam kondisi normal. Karena itu, Iron Maiden memutuskan tidak akan tur sampai 2016.

“Kami tahu fans kami akan memahami situasi ini, dan seperti kita, akan lebih memilih untuk menunggu sampai Bruce kembali ke tingkat kebugaran sebelum melanjutkan kegiatan. 

Album terbaru Iron Maiden, The Book Of Souls, dirilis pada 4 September 2015. Album yang direkam di Paris ini masih diproduseri oleh Kevin "Caveman" Shirley. Sebagian besar materi telah direkam akhir 2014 dan selesai awal 2015. Iron Maiden memutuskan untuk menunda waktu rilisnya untuk memberikan periode penyembuhan bagi Dickinson agar terbebas dari tumor yang dideritanya. Mark Wilkinson pun didapuk untuk menggarap desain sampul albumnya.

Pembagian penulisan lagu di antara personel begitu kentara di album ini, lebih dari setiap album Iron Maiden sebelumnya. Steve Harris memberi kontribusi untuk tujuh lagu; 6 diantaranya ditulis Steve bersama ketiga gitaris Iron Maiden dan sisanya ditulisnya sendiri. Bruce Dickinson menyumbang dua lagu, untuk pertama kalinya sejak album Powerslave pada 1984. Yang istimewa, salah satunya adalah “Empire of the Clouds”, lagu terpanjang Iron Maiden (18:05 menit) yang pernah direkam dan menampilkan Dickinson pada piano untuk pertama kalinya. Band melakukan tur album ini pada 2016, selama dimana Dickinson sekali lagi mempiloti pesawat pribadi milik band, Ed Force One (kini sebuah jumbo jet Boeing 747-400).

Dickinson pertama menikah dengan Jane pada 1983, dari siapa dia bercerai pada 1987. Dia memiliki tiga anak dengan istri keduanya, Paddy Bowden: Austin (lahir 1990), Griffin (lahir 1992), dan Kia (lahir 1994). Ketiganya lahir di Chiswick, London, dimana Dickinson berdomisili sejaka 1981. Austin Disckinson adalah penyanyi utama di band metalcore Rise to Remain hingga pembubaran mereka pada 2015, dimana dia membentuk sebuah grup baru, As Lions. Griffin Dickinson, yang sebelumnya bekerja sebagai pembagun panggung untuk Iron Maiden selama tur mereka, adalah vokalis di band melodic metalcore SHVPES (sebelumnya sebagai Cytota).

Sepupu Dickinson, Rob Dickinson, adalah penyanyi utama dari band alternative rock Inggris Catherine Wheel dan pendiri Singer Vehicle Design yang mengkhususkan dalam upgrading Porsche 911s klasik. Dalam sebuah wawancara dengan Sarah Montague untuk HARDtalk milik BBC, Dickinson setuju dengan deskripsi Montague tentang dirinya sebagai seorang konservatif dan eurosceptic.

Walaupun Dickinson tidak pernah menerima latihan formal, dia memiliki jangkauan vokal yang luas yang memiliki khas dengan quasi-operatic tenor miliknya. Bersama dengan Ronnie James Dio dan Rob Halford, Dickinson adalah salah satu pelopor gaya vokal operatic yang kemudian diadopsi oleh para vokalis power metal dan secara rutin muncul di daftar atas dari the greatest rock vocalists/front-men all time. Dickinson mengatakan bahwa gayanya sangat terpengaruh oleh Arthur Brown, Peter Hammill (Van der Graaf Generator), Ian Anderson (Jethro Tull) dan Ian Gillan (Deep Purple).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...