Laman

Minggu, 17 Januari 2016

MICK TAYLOR




Seorang Keith Richards mengatakan: “His touch, his tone, and his melodic ideas wowed me. I never understood why he left…” Sosok yang disebut Richard tentunya punya pengaruh penting dalam band.  Sayangnya, namanya nyaris terabaikan kemudian. Dia adalah Mick Taylor. 


FANS The Rolling Stones yang baru, biasanya akan kebingungan ketika ditanya personel bernama Mick Taylor. Selain sudah hengkang dari band puluhan tahun silam, perannya nyaris “terhilang” tertutup gegap gempita personel lainnya seperti Mick Jagger yang lebih kerap disorot. Padahal pengaruh Mick sendiri cukup terasa di beberapa album. Yang tidak main-main, Mick masuk karena menggantikan Brian Jones yang ditemukan tewas di kolam renang. Jones adalah pria flamboyan dan pendiri The Rolling Stones. Bukan perkara mudah menggantikan sosok sentral seperti Jones.


Terlahir di Welvin Garden City, Inggris, dengan nama lengkap Michael Kevin Taylor pada 17 Januari 1949,  pria yang cenderung pendiam ini mulai berlatih gitar sejak usia 9 tahun. Padahal lingkungannya di Hatfield, pinggiran London, termasuk bukan tempat yang ideal untuk berkarir di musik.  Gara-gara diajak orangtuanya nonton konser Bill Halley & The Comet, Taylor kecil langsung bercita-cita jadi rockstar. 

Laiknya remaja lainnya ketika itu, Taylor juga ngebentuk band dengan beberapa orang kawannya bernama Juniors & The Gods. Ketika itu mereka disebut band bocah juga sebelum bakat jenius gitar dari Taylor yang masih remaja, dilirik dan diperhatikan oleh Johan Mayall’s & The Bluesbreakers. Mayall mengajaknya bergabung menggantikan gitaris sebelumnya, Peter Green yang gabung dengan band Fleetwood Mac. Sebuah cerita fantastis dari bocah berumur 18 tahun saat itu.

Bareng John Mayall’s Bluesbreakers, Taylor sempat ikut tur ke Amerika Serikat, selain mengisi gitar di dua album Bare Wires dan Blues Form Laurel Canyon [duanya rilis tahun 1968].  Dan kiprahnya makin menakjubkan, tahun 1969 ketika menginjak usia 20 tahun ada tawaran dari The Rolling Stones untuk menggantikan Brian Jones. Stones sendiri ketika itu sudah disebut-sebut bakal jadi band besar dan baru saja merilis EP vinyl, salah satu album terbaiknya Beggar’s Banquet [1968].

Tak minder, karena kehadiran Taylor justru membawa pengaruh yang luarbiasa di band ini. Taylor menjadi salah satu figur penting dalam fase kejayaan band ini selama rentang tur 1969-1974. Dia ikut mengisi beberapa part di album Let It Bleed [1969] dan album live Get Yer Ya-Ya’s Out [1970]. 


Meski  dianggap memberi pengaruh yang krusial di beberapa album, tapi Mick Taylor ternyata  masih menganggap The Rolling Stones adalah band yang tidak sesuai dengan standarnya. Padahal Mick Jagger mengakui, Taylor adalah: gitaris yang sangat fasih dan berpengaruh di band itu.

KEHEBATAN yang disebut-sebut Mick Jagger, adalah paradoksal. Sebagai band legendaris, The Rolling Stones [tentu saja termasuk personel-personelnya sekarang], bisa disebut milyarder. Penghasilan mereka dari royalti saja, bisa untuk hidup tujuh turunan.

Sayangnya, semua cerita kemewahan dan kehidupan glamor The Rolling Stones, tidak berlaku untuk Mick Taylor. Kabar pahitnya, royalti Mick ternyata seret. Menurutnya, sejak tahun 1982, royaltinya sudah berhenti. Padahal, Mick terlibat dalam era keemasan Stones di tahun 70an. Beberapa lagu legendaris yang sempat mencuat seperti ‘Honky Tonk Woman’, ‘Angie’ , ‘Wild Horse’ atau ‘Its Only Rock N Roll’ adalah beberapa lagu klasik yang mendapat sentuhan magis Mick Taylor.

Kehidupan pribadinya berantakan setelah menjadi pecandu narkoba. Ketergantungannya kepada obat-obatan berlangsung bertahun-tahun sejak tahun 70an. Tahun 1990, malah sempat pindah ke Los Angeles dan masuk panti rehabilitasi di Hollywood Boulevard. Rumah tangganya pecah, kekayaannya yang tersisa habis untuk membeli heroin dan morfin. Perkawinan pertamanya [istrinya bernama Rose] berakhir  karena  narkoba. Mick menikah lagi dengan Valerie, perempuan Amerika, yang sayangnya berpisah lagi.

Secara material, Mick sekarang terhitung bukan jutawan. Dia tinggal di flat [atau rumah] kecil di Suffolk, yang dalam gambaran dailymail.com, butuh perbaikan dan renovasi total. Kemudian juga tumpukan barang yang tidak teratur, tagihan listrik dan telpon yang belum [atau selalu terlambat] dibayar. Ketika dikunjungi beberapa wartawan Inggris tahun 2009 silam, selain halamannya penuh dengan rumput tinggi, mobil tua yang ada di depan rumahnya, sudah lumutan dan lebih cocok disebut “gerobak bermesin” ketimbang mobil.


Meski jauh dari kesan glamor, tapi Mick tidak bisa jauh dari musik. Sesekali dia masih bermain di klub-klub  kecil bersama mantan kibordis Jeff Becks, Max Middleton, mantan gitaris Manfred Mann, Denny Newman, dan mantan drumer Snowy White, Jeff Allen.  Kabar terakhir, dalam rangkaian tur dunia 2014 The Rolling Stones, Mick Taylor akan diajak serta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...