Seorang Keith Richards mengatakan: “His touch, his tone, and his melodic ideas
wowed me. I never understood why he left…” Sosok yang disebut Richard
tentunya punya pengaruh penting dalam band. Sayangnya, namanya nyaris terabaikan
kemudian. Dia adalah Mick Taylor.
FANS
The Rolling Stones yang baru, biasanya akan kebingungan ketika ditanya personel
bernama Mick Taylor. Selain sudah hengkang dari band puluhan tahun silam,
perannya nyaris “terhilang” tertutup gegap gempita personel lainnya seperti
Mick Jagger yang lebih kerap disorot. Padahal pengaruh Mick sendiri cukup
terasa di beberapa album. Yang tidak main-main, Mick masuk karena menggantikan
Brian Jones yang ditemukan tewas di kolam renang. Jones adalah pria flamboyan dan
pendiri The Rolling Stones. Bukan perkara mudah menggantikan sosok sentral
seperti Jones.
Terlahir
di Welvin Garden City, Inggris, dengan nama lengkap Michael Kevin Taylor pada 17 Januari 1949, pria yang
cenderung pendiam ini mulai berlatih gitar sejak usia 9 tahun. Padahal
lingkungannya di Hatfield, pinggiran London, termasuk bukan tempat yang ideal
untuk berkarir di musik. Gara-gara diajak orangtuanya nonton konser Bill
Halley & The Comet, Taylor kecil langsung bercita-cita jadi rockstar.
Laiknya
remaja lainnya ketika itu, Taylor juga ngebentuk
band dengan beberapa orang kawannya bernama Juniors & The Gods.
Ketika itu mereka disebut band bocah juga sebelum bakat jenius gitar dari
Taylor yang masih remaja, dilirik dan diperhatikan oleh Johan Mayall’s &
The Bluesbreakers. Mayall mengajaknya bergabung menggantikan gitaris
sebelumnya, Peter Green yang gabung dengan band Fleetwood Mac. Sebuah cerita
fantastis dari bocah berumur 18 tahun saat itu.
Bareng
John Mayall’s Bluesbreakers, Taylor sempat ikut tur ke Amerika Serikat, selain
mengisi gitar di dua album Bare Wires dan
Blues Form Laurel Canyon [duanya
rilis tahun 1968]. Dan kiprahnya makin menakjubkan, tahun 1969 ketika
menginjak usia 20 tahun ada tawaran dari The Rolling Stones untuk menggantikan
Brian Jones. Stones sendiri ketika itu sudah disebut-sebut bakal jadi band
besar dan baru saja merilis EP vinyl, salah satu album terbaiknya Beggar’s Banquet [1968].
Tak
minder, karena kehadiran Taylor justru membawa pengaruh yang luarbiasa di band
ini. Taylor menjadi salah satu figur penting dalam fase kejayaan band ini
selama rentang tur 1969-1974. Dia ikut mengisi beberapa part di album Let It
Bleed [1969] dan album live Get
Yer Ya-Ya’s Out [1970].
Meski dianggap memberi pengaruh yang krusial
di beberapa album, tapi Mick Taylor ternyata masih menganggap The Rolling
Stones adalah band yang tidak sesuai dengan standarnya. Padahal Mick Jagger
mengakui, Taylor adalah: gitaris yang sangat fasih dan berpengaruh di band itu.
KEHEBATAN
yang disebut-sebut Mick Jagger, adalah paradoksal. Sebagai band legendaris, The
Rolling Stones [tentu saja termasuk personel-personelnya sekarang], bisa
disebut milyarder. Penghasilan mereka dari royalti saja, bisa untuk hidup tujuh
turunan.
Sayangnya,
semua cerita kemewahan dan kehidupan glamor The Rolling Stones, tidak berlaku
untuk Mick Taylor. Kabar pahitnya, royalti Mick ternyata seret. Menurutnya,
sejak tahun 1982, royaltinya sudah berhenti. Padahal, Mick terlibat dalam era
keemasan Stones di tahun 70an. Beberapa lagu legendaris yang sempat mencuat
seperti ‘Honky Tonk Woman’, ‘Angie’ , ‘Wild Horse’ atau ‘Its Only Rock N Roll’
adalah beberapa lagu klasik yang mendapat sentuhan magis Mick Taylor.
Kehidupan
pribadinya berantakan setelah menjadi pecandu narkoba. Ketergantungannya kepada
obat-obatan berlangsung bertahun-tahun sejak tahun 70an. Tahun 1990, malah
sempat pindah ke Los Angeles dan masuk panti rehabilitasi di Hollywood
Boulevard. Rumah tangganya pecah, kekayaannya yang tersisa habis untuk membeli
heroin dan morfin. Perkawinan pertamanya [istrinya bernama Rose] berakhir
karena narkoba. Mick menikah lagi dengan Valerie, perempuan Amerika, yang
sayangnya berpisah lagi.
Secara
material, Mick sekarang terhitung bukan jutawan. Dia tinggal di flat [atau
rumah] kecil di Suffolk, yang dalam gambaran dailymail.com, butuh
perbaikan dan renovasi total. Kemudian juga tumpukan barang yang tidak teratur,
tagihan listrik dan telpon yang belum [atau selalu terlambat] dibayar. Ketika
dikunjungi beberapa wartawan Inggris tahun 2009 silam, selain halamannya penuh
dengan rumput tinggi, mobil tua yang ada di depan rumahnya, sudah lumutan dan
lebih cocok disebut “gerobak bermesin” ketimbang mobil.
Meski
jauh dari kesan glamor, tapi Mick tidak bisa jauh dari musik. Sesekali dia
masih bermain di klub-klub kecil bersama mantan kibordis Jeff Becks, Max
Middleton, mantan gitaris Manfred Mann, Denny Newman, dan mantan drumer Snowy
White, Jeff Allen. Kabar terakhir, dalam rangkaian tur dunia 2014 The
Rolling Stones, Mick Taylor akan diajak serta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar