Laman

Jumat, 30 Desember 2016

ROCKABILLY – Genre Ini Membuat Nama Indonesia Mendunia




Rockabilly. Bukan sebuah term yang akrab di telinga anak–anak nusantara zaman sekarang. Tapi justru corak yang fondasinya memadukan blues dan country inilah yang diam–diam menyelipkan nama Indonesia ke jagad musik Internasional sejak dekade 1950an hingga saat ini.

MENYEBUT nama Elvis Presley, Carl Perkins atau Bill Haley bukanlah sesuatu yang aneh jika berbincang tentang rockabilly. Ketiganya memang sosok terkenal dalam corak musik yang booming ketika perang Vietnam mulai meletus ini. Rockabilly menjadi juragan dalam pelataran musik Amerika Serikat pada dekade 1950an dengan hits–hits seperti ‘Rock Around The Clock’, ‘Jailhouse Rock’ atau ‘Blue Suede Shoes’.

Meskipun masa jayanya tak terlalu lama, namun rockabilly sukses menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Inggris. Konon rockabilly-lah yang menginspirasi terbentuknya The Beatles setelah mereka mendengarkan lagu–lagu musisi rockabilly Amerika.

Agak meredup saat memasuki era 1960an, rockabilly sempat kembali menjulang pada awal 1970an, meski tak segagah pada masa jayanya di pertengahan 1950an. Pelaku – pelaku rockabilly saat itu seperti Creedence Clearwater Revival (CCR) dan Dave Edmunds cukup mendulang hasil positif dengan hits–hits mereka seperti  ‘Have You Ever Seen The Rain?’ dan ‘I Knew The Bride’. Peran film – film Amerika yang bertutur tentang kultur rock and roll seperti ‘American Graffiti’ juga ikut mengangkat kembali popularitas rockabilly pada masa itu.

Pada akhir 90an hingga awal 2000an muncul beberapa band yang bernuansa blues rock atau country rock yang kerap disebut mendapat pengaruh dari rockabilly seperti Kings Of Leon dan White Stripes. Hal ini  menunjukkan, komposisi rockabilly memiliki pengaruh terhadap generasi selanjutnya, meski tidak dalam bentuknya yang sejati.

Pengaruh rockabilly di era jayanya dulu,  menghipnotis jutaan anak muda di seluruh dunia termasuk Indonesia. 

Pada dekade 1950an, Indonesia pernah punya The Tielman Brothers yang sampai kini kerap disebut sebagai band rock pertama Indonesia yang bisa berkiprah di dunia internasional. Terbentuk pada 1946, Tielman Brothers kemudian memutuskan hijrah ke Belanda dan mencapai puncak karirnya di benua biru pada dekade 1950an. Musik mereka yang bermain-main di area rockabilly dan rock n’roll serta indigenous mereka yaitu Indonesia membuat mereka kerap disebut sebagai band Indorock  [bersambung].

Popularitas Tielman Brothers –kini semua personelnya sudah meninggal dunia—cukup mendunia. Meski berasal dari negara yang tidak mengenal budaya rockabilly sebelumnya, tapi penjelajahan musikal mereka menembus batas-batas keraguan. Lewat mereka istilah indorock sempat mencuat.

INDOROCK memuat dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda [sekarang Indonesia] di abad ke-16. Permainan gitar ala Portugis yang lalu dikenal sebagai keroncong ini dipadukan oleh Tielman Brothers dengan musik Hawaiian, country, dan rock’n’roll. Dengan format musik itulah pemuda – pemuda Maluku ini ‘menjajah’ benua biru. Bahkan ada selentingan bahwa Paul McCartney mengagumi Tielman Brothers sebelum dia kondang bersama The Beatles. Entah benar atau tidak.

Sekadar informasi, Andy Tielman sendiri pernah manggung di Jakarta tahun 2008 silam, dalam salah satu festival rock. Pria yang dijuluki godfather of indorock ini sempat mengatakan, banyak band Indonesia yang bagus, tapi sayangnya tidak banyak yang bisa go international. Ketika itu, Tielman yang tumbuh besar di Surabaya ini membawakan beberapa lagu, salah satunya lagu Sunda ‘Panon Hideng’ yang diubahnya jadi bahasa Inggris, ‘Black Eyes’.

Saat ini, meski perkembangan rockabilly memang tak semengkilap seperti pada era 1950an namun penikmat dan juga pengusungnya tak lantas ikut meredup. 

Khusus di Indonesia, saat ini rockabilly punya penjaga setia dalam sosok band – band seperti Suicidal Sinatra atau The Hydrant yang kiprahnya juga cukup bergaung di luar negeri. Tak terlalu banyak band seperti mereka –yang memainkan rockabilly mendekati akarnya– di era masa kini di mana dengan bentuknya yang sudah mendapat sisipan corak musik lain serta teknologi rekaman yang semakin canggih. Rockabilly pada era masa kini sudah tidak sama lagi dengan predecessor-nya pada era 1950an dulu.

Rockabilly yang dimulai oleh Silent Generation yang kebanyakan lahir di era Great Depression [1929 – 1939] dan populer di era Baby Boomer tepatnya pada dekade 1950an, hingga kini masih memiliki penikmat setia yang tidak hanya dari generasi kakek–nenek saja, tapi juga anak–anak muda yang lahir jauh setelah era happeningnya rockabilly.  Musik dengan berbagai macam coraknya memang cenderung punya pengikut loyal masing – masing dalam perjalanan jaman. Banyak atau sedikit penikmatnya, itu hanya persoalan kuantitas, tidak mencerminkan kualitas musiknya. [Ariwan K. Perdana]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...