Laman

Selasa, 17 Mei 2016

PAUL DI'ANNO



Dilahirkan pada 17 Mei 1958 dengan nama Paul Andrews dan tumbuh Chingford, London, Inggris. Menghabiskan tahun-tahun remajanya dengan menyanyi di beragam band rock dan bekerja sebagai seorang tukang jagal dan juru masak. Dia berteman dengan pemain bass Steve Harris, yang sedang mencari seorang pengganti untuk penyanyi yang baru meninggalkan band heavy metalnya yang dibentuk pada 1977, Iron Maiden. DiAnno tidak tertarik oleh apa yang sebelumnya dia lihat dari band itu tapi memutuskan untuk mencoba masuk band, dan mendapatkan pekerjaan sebagai vokalis dengan segera.

Iron Maiden segera menemukan diri mereka sebagai bagian dari gerakan New Wave of Bristish Heavy Metal. Pada 1979 terlihat perilisan rekaman debut yang diedarkan sendiri oleh Maiden, The Soundhouse Tapes, yang dengan cepat terjual saat band mulai mendapatkan penggemar. Teken kontrak dengan EMI/Capitol tidak lama kemudian, Maiden bersiap untuk menaklukan dunia. Rilisan self-title 1980 “Iron Maiden” dengan cepat menjadi debut klasik dan berpengaruh, saat band meleburkan energi band dengan riff metal, bertindak sebagai cetka biru untuk genre heavy metal di masa depan seperti thtash dan speed metal. Apa yang juga menjadikan band lebih menonjol dari semuah band metal lain pada saat itu adalah tampilan dan citra dari frontman mereka/Di’Anno yang menolak untuk berkompromi dengan tampang metal regular, tapi malahan untuk memilih tetap dengan tampilan dan gaya prilaku Punk/Jack the Lad miliknya.


1981 terlihat perilisan album tindak lanjut mereka, “Killers”, juga sebuah EP live, “Maiden Japan”. Meskipun mendapatkan kesuksesan dunia dan mulai mendapatkan pengakuan, Di’Anno pergi dari band pada musim gugur 1981 (dia mengaku bahwa pesta pora berlebihan pada saat itu yang membuatnya pergi dari Maiden). DiAnno pergi setelah sebuah pertemuan dengan band dan manjer mereka Rod Smallwood. Dalam kata-kata Di’Anno: “Seperti ada Mussolini dan Adolf Hitler yang menjalankan band anda. Karena ini Rod Smallwood dan Steve Harris dan itulah. Tidak akan ada orang lain lagi dan karakter saya terlalu kuat untuk itu maka saya dan Steve selalu bertikai”. Di’Anno dibayar oleh Smallwood pada saat kepergiannya dan tidak menerima royalti pada lagu-lagu Iron Maiden.


Namun, suara Di’Anno yang unik dan sangat bertenaga telah membuat ketertarikan besar pada penggemar musik rock dunia, dan mendapatkannya sejumlah penggemar karena memperolah penjualan lebih dari 20 juta kopi dari dua album Iron Madien pertama yang menampilkan bakat vokal unik Di’Anno. Dalam karirnya setelah Iron Maiden, Di’Anno telah merilis beragam album, baik sebagai artis solo atau sebagai anggota dari beberapa band seperti Gogmagog, Di’Anno, Praying Mantis, Battlezone, Rockfellas dan Killers dan telah tampil pada lebih dari 60 album (baik sebagai artis atau tamu) yang dirilis ke seluruh dunia.


Sebagai seorang ikon dari genre metal DiAnno dengan rutin melakukan pertunjukan (dari 2000 hingga 2003 dengan mantan bandnya Killers, dan dengan Screaming Monkey) ke seluruh Eropa, Canada, Amerika Selatan dan juga ke India dimana dia mendapatkan peran film pertamanya di sebuah film Bollywood. Di’Anno bahkan memiliki waktu untuk merilis buku/otobigrafi pertamanya berjudul “The Beast” yang mengungkapkan semua perjalanan hidupnya yang naik turun dan sering bergaya hidup yang mengganggu selama dua dekade terakhir. Walaupun dia hanya muncul di dua album Iron Maiden pertama, karya Maiden dengan Paul Di’Anno menjadi karya terbaik diantara karya metal lainnya, dan kini kedua album itu menjadi idola dan dianggap sebagai “The All Time Classics” oleh sebagain besar penggemar metal dan musisi dunia.



Mengenai Agama Di’Anno sering membuat bingung orang banyak; dia telah memberikan wawancara yang saling bertentangan satu sama lain, mungkin sebagai candaan. Dia memiliki sebuah tato di belakang kepalanya yang tertulis “666” dan “GOD = SUCKER”. Menurut otobiografinya, dia beralih ke Islam pada 1990an setelah membaca Al-Qur’an. Namun dia kemudian membantah hal itu: saya pikir agama membunuh orang. Saya tidak percaya agama. … Tidak, ayah saya seorang Muslim, saya harus mengakuinya. Tapi saya tidak peduli. Di sebuah wawancara selanjutnya Di’Anno mengklarifikasi bahwa dia tidak pernah menjadi Muslim sejati, bahwa dia berhenti minum, tapi mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengaplikasikan filosofi Muslim dalam hidupnya. Otobiografinya makin membingungkan, dalam beberapa kalimat dia mengklaim sebagai Muslim, Katolik, Yahudi dan Aborigin.


Di’Anno memiliki seorang putra dewasa, yang tinggal di Inggris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...