Laman

Kamis, 01 Maret 2018

KIMUNG




Dilahirkan pada 28 Februari 1978 di Bandung, Jawa Barat dengan nama Iman Rahman Anggawiria Kusumah, atau yang lebih akrab disapa Kimung adalah salah satu dedengkot musik cadas di Kota Bandung. Ia aktif bermusik sejak tahun ‘90an dan sempat menjadi personil dari Burgerkill. Perjalanan bermusiknya diwarnai banyak cerita yang menghantarkan ia sekarang menjadi seseorang yang juga mendalami alat musik Karinding, bahkan menulis buku-buku seputaran ranah musik metal di Bandung, khususnya Ujung Berung.

Kimung pernah terlibat di banyak band sejak tahun 1992. Sebut saja Mockershit, Monster, Analvomit, Disinherit, Embalmed, Sonic Torment, Burgerkill, Democracy Neighborhood, Skyline, Nicfit, Fade Out Again, The Clown, Voos A.K., The Outsiders, Reverb n’ Revolver, Godbleed, Karinding Attack, Paperback, dan yang terbaru adalah The Devil and The Deep Blue Sea. Menjadi vokalis, drummer, dan bassist adalah hal yang sudah biasa ia lakukan. Tak hanya musik cadas, aliran seperti pop rock juga pernah ia lakoni, dan sekarang ia lebih mendalami musik kontemporer bersama Karinding Attack dan Paperback setelah ia tertarik pada alat musik Karinding. Tak hanya Karinding, ia pun merambah ke alat musik ukulele di beberapa band yang ia geluti hari ini.


Dari sekian banyak band yang pernah ia lakoni, tentu ketika ia bersama Burgerkill adalah cerita yang paling banyak diketahui oleh metalheads. Ia mengawali karir bersama Burgerkill sebagai drummer, dan akhirnya beralih menjadi bassist. “Saya gak kuat waktu Burgerkill mulai bawain lagu-lagu Napalm Death, hahaha…”, jelas Kimung ketika ditanya mengapa ia tak melanjutkan posisinya di belakang peranti drum. Pada akhirnya, ia tak lagi bersama Burgerkill. Hal tersebut disebabkan karena kala itu ia menjadi pecandu narkoba yang sangat parah, sehingga kebutuhan Burgerkill tak lagi dapat ia penuhi. Setelah masa-masa kelam yang ia lewati, ia mengalami banyak perjalanan yang mempengaruhi sisi psikologis dan kematangan dirinya, hingga membentuk sosok Kimung hari ini yang banyak menginspirasi penggiat ranah independen tanah air. Kimung pun masih menjadi orang yang selalu berada di belakang Burgerkill dan mendukung segala macam pergerakan yang dilakukan Burgerkill. 


Menjadi penulis bukanlah hal yang mudah, terutama ketika seseorang mulai masuk ke ranah literasi sebagai orang yang bisa dikatakan eksekutor “pertama”. Kimung menyadari bahwa ranah musik metal di Kota Bandung sudah seharusnya dibukukan dalam sebuah buku sejarah. “Jalanan itu sangat kuat, terutama ketika berhubungan dengan musik. Jalanan itu pun mengajarkan untuk kita terus bergerak dan tidak bisa hanya diam di satu tempat. Musik adalah entitas yang sangat luas, dan banyak hal di dalamnya yang harus diolah untuk membuat musik ini semakin lengkap. Menulis sejarah adalah salah satu jawaban untuk melengkapi kekurangan yang ada di jalanan, dan saya memberanikan diri untuk menulis itu demi memenuhi kebutuhan yang diminta oleh perkembangan musik itu sendiri,” jelas Kimung.


Bandung sendiri memang memiliki pergerakan dan pertumbuhan musik yang sangat aktif. Buku sejarah ini dikaitkan dengan perkembangan musik Kota Bandung yang luar biasa, dan seharusnya buku sejarah ini dapat menjadi pedoman untuk nantinya diaplikasikan sebagai arahan kemana ranah musik ini akan dibawa. Salah satu pemicu yang sangat berpengaruh dan mengaminkan niat Kimung adalah ketika terjadi Tragedi AACC pada tahun 2008 silam.

Sebelum fokus menulis buku sejarah, ia pernah menulis Sejarah Lokal Cianjur (keroyokan sama professor Reza D. Dianaputra), dan biografi dari almarhum Ivan “Scumbag” Firmansyah, vokalis pertama Burgerkill bertitel “Myself: Scumbag, Beyond Life And Death”. Setelah Tragedi AACC terjadi, Kimung semakin yakin bahwa sejarah tentang pergerakan musik Bandung harus dirangkum dalam literasi. Akhirnya, ia menulis trilogi Panceg Dina Galur dengan “Memoar Melawan Lupa” sebagai seri pertama, “Jurnal Karat”  di seri kedua,  dan “Ujungberung Rebels” sebagai seri ketiga. Hari ini, ia sedang menggarap buku “Sejarah Karinding Priangan” yang merupakan kumpulan cerita dari alat musik Karinding yang tersebar di Jawa Barat. Lebih dari seribu orang narasumber diwawancarai oleh Kimung bersama teman-temannya dalam penggarapan buku yang memakan waktu lumayan lama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...