Laman

Sabtu, 17 November 2018

KRISNA J. SADRACH


Dilahirkan di Surabaya dengan nama Krisn Jotam Sadrach pada 15 Nopember 1965 dari pasangan Hendrik dan Catherine Sadrach sebagai anak sulung dari tiga bersaudara (pria satu-satunya!). Ia terlahir di lingkungan keluarga yang musikal. Krisna mewarisi langsung darah musikal dari sang ayah yang berprofesi sebagai anak band di era ’60-an. Ayahnya bersama bandnya di Surabaya sering tampil di pesta-pesta ulangtahun membawakan nomor-nomor milik Everly Brothers hingga The Beatles.

Berkat pengaruh sang ayah sejak duduk di bangku SMP ia telah mengenal album-album dari The Beatles dan The Rolling Stones. meski demikian, sang ayah tidak suka dengan raja rock n” roll, Elvis Presley.

Melihat bakat anaknya, ayah Krisna memberikan les gitar sejak kelas 4 SD. Pada perkembangan berikutnya, di Surabaya krisna yang saat itu baru kelas 1 SMP membentuk bandnya yang pertama. Grup band tersebut sering memainkan lagu-lagunya Chrisye, salah satunya adalah “Serasa”.

Menjelang kenaikan kelas 2 SMP pada tahun 1978 orangtua Krisna memboyong seluruh anggota keluarga hijrah ke Jakarta. Selama bersekolah di SMP Tarakanita 3 yang terletak di daerah Patal Senayan, Krisna semakin hafal lagu-lagu The Beatles. Selera musiknya baru mulai berubah drastis ketika ia masuk ke bangku SMA Pangudi Luhur.

Sekitar tahun 1982 di Jakarta mulai masuk musik new wave dari Inggris yang dibawa The Police. Sementara di waktu yang berbarengan dari Amerika Van Halen lagi naik daun juga. Jadi di era yang sama selera musik gue terpengaruh oleh The Police dan Van Halen. Saat inilah pengalaman pertama Krisna mendengarkan musik rock.

Bagi Krisna menemukan hard rock dari Van Halen bukan sebuah loncatan besar dalam sejarah pribadinya. Van Halen bukan sesuatu yang mengagetkan, sekadar kelanjutan Led Zeppelin dan Queen. Hidup Krisna berubah untuk selamanya justru setelah ia menemukan album Extreme Agression dari pionir thrash Jerman Kreator.



Berawal pada tahun 1987 saat secara tidak sengaja terbentuk sebuah komunitas penggemar musik metal di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan Metro Pondok Indah. Di sinilah setiap malam minggu digelar acara konser kecil-kecilan yang dikelola secara bergantian oleh masing-masing band. Berjalan sekitar dua tahun, semakin besar komunitas ini sampai keluar Jakarta, bahkan gaungnya sampai keluar negeri dan semakin banyak pula band-band metal terbentuk dan bergabung disini, salah satunya adalah Sucker Head.

Adalah Irfan Sembiring (gitar), Krisna J Sadrach (bass) dan Yaya Wacked (vokal) pada tahun 1989 telah bersepakat untuk membentuk Sucker Head dengan merekrut Nano (gitar) dan Doddy (drum). Nama Sucker Head sendiri diambil dari tulisan merk dagang sebuah kotak korek api batang cap koin, tulisan aslinya adalah Sakerhets-Tandstickor. Formasi pertama ini sangat terpengaruh pada Kreator, sebuah grup thrash metal asal Jerman.

Ia juga pernah memproduseri Ungu dan ST12. Pada Mei 2008, Rolling Stone Indonesia sempat menganugerahkan penghargaan Rolling Stone Editors’ Choice 2008 kepada mendiang Krisna Jotham Sadrach untuk kategori The Sell-Out Producer.

Dalam beberapa tahun belakangan, Krisna aktif dan memiliki peran penting dalam penyelenggaraan festival musik metal terbesar se-Asia Tenggara, Hammersonic Festival. Ia berperan sebagai managing director dari festival tersebut sekaligus pula menjabat posisi yang sama di Revision Live, promotor yang menggagas festival tersebut. Dalam edisi kelimanya pada April 2016 lalu, Hammersonic festival berkembang dengan memiliki sejumlah kegiatan baru di mana salah satunya penghargaan musik metal pertama di Indonesia bernama Hammersonic Awards 2016.

Krisna Sadrach meninggal dunia pada Selasa, 2 Agustus 2016 saat berusia 50 tahun. Sebelumnya, Krisna dirawat di RS Dharmais, Jakarta Barat akibat kanker/tumor paru-paru yang ia derita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...