Laman

Jumat, 14 Juli 2017

EKI LAMOH




Dilahirkan dengan nama Alexander Theodore di Jakarta, 13 Juli 1961. Nama Eki adalah kependekan dari penggilan keluarga yang biasa memanggilnya Leki (panggilan sayang keluarga, kependekan dari Alexander). Dan Lamoh, adalah marga dari leluhur Eki yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Karena sewaktu Eki masih berusia dua tahunan yang baru belajar bicara dan belum bisa menyebut Leki, maka hanya Eki yang terucap dari mulut kecil yang masih cadel itu. Hingga sekarang, orang biasa mengenal dan memanggilnya dengan nama, Eki Lamoh.

Orang pertama yang melihat bakat Eki yang luar biasa adalah Neneknya, Tora Fischer. Tora Fischer menganjurkan agar Eki terus berlatih lagu - lagu klasik dan memberi saran agar Eki tidak mengikuti jalur musik orang tuanya, yaitu Hawaiian,Jazz dan Blues. Karena menurut neneknya yang lahir di Pulau Rimau, Banyu asin, Palembang yang sekolah lalu menikah dengan Hans Milbradt di Jerman (1904 - 1932) itu, musik Jazz adalah musik budak dan belum mendapat tempat di kalangan elit. Akan tetapi Eki Malah melenceng ke jalur Blues yang berkembang ke Hard Rock and Roll.

Berkat kejelian Sahabat ayah Eki yang sudah dianggap seperti pamannya sendiri, yaitu almarhum Leo Fiolle seorang cameraman legendaris Indonesia, pada tahun 1973 Eki yang berusia 12 tahun mendapat peran di dalam film "Pencopet" Sophan Sophian, pemeran utama pria sebagai tokoh Kadir, dan Widyawati. Di dalam film pencopet dan Eki memerankan tokoh Kadir kecil.


Pada tahun 1976, Eki yang belajar vokal hanya dari mendiang ibunya yaitu Elisabeth Ottillie Towa Milbradt, sudah mulai mencoba mencipta lagu bersama temannya Tommy W.S. Tommy yang bersama Christ Kayhatu teman - teman kumpulnya Eki pada saat mereka (Tommy dan Christ) bergabung dalam kelompok vokal Emerson dan menjadi juara 1 lomba cipta lagu remaja Prambors ke 2 (LCLR) di tahun 1978, semakin bersemangat untuk membuat album bersama Eki. Di Tahun 1979, Leo Fiole adalah orang pertama yang membiayai untuk membuat album rekaman Eki bersama almarhum Tommy Wahyudin Sabah sahabat sekaligus guru Eki di bidang mencipta lagu. Namun, album itu tidak selesai. Pada akhir tahun 1979 dan awal 1980 Tommy dan Eki meneruskan album yang tertunda ke dapur rekaman dan di biayai oleh Keponakan Leo Fiolle, yaitu Zul Barmansyah. Sayangnya, sampai sekarang album itu tidak pernah dirilis.

Antara tahun 1980 - 1981 Eki mulai bergabung dengan teater September pimpinan Ali Shahab (Father of Indonesian production house) bersama bintang – bintang legendaris Indonesia seperti Rahayu Effendi, Ali Shahab, Wolly Sutinah (Mak Wok) A. Hamid Arif, Danna Christina, Aminah Cendrakasih, Jaja Mihardja, Nirin Kumpul, Yani Wulandari, Mat Tuyul, M.Toha, M. Nasir, Dorman Borisman, Septian Dwicahyo dll. Setahun kemudian, rumah produksi pertama di Indonesia pimpinan Rahayu Effendi dan Ali Syahab ini memproduksi komedi Betawi karya dari Jaja Miharja yang berjudul Juragan Sulaiman, yang judul aslinya adalah Perawan Syaraf (Jin Tomang). Di dalam cerita juragan Sulaiman, Eki mendapat peran menjadi Romli sang jagoan pemilik Jin Tomang. Banyak karya Teater September untuk televisi yang dilahirkan pada saat Eki bergabung dengan Teater September hingga tahun 1983.

Di tahun yang sama, Eki yang tidak pernah berhenti bermusik mulai memperlihatkan bakatnya yang luar biasa kepada publik melalui jalur musik Rock yang Eki tekuni secara diam – diam sejak usia 9 tahun. Di mana kala itu Deep Purple dan Led Zeppelin yang sangat mempengaruhi pembentukan Eki sejak masih usia dini itu. Pada tahun 1984, Eki yang sudah bermain band kesana kemari selalu mencari tempat untuk meledakkan pengendapan alam bawah sadarnya akan musik. Hingga di tengah tahun 1984 Eki membentuk band dengan teman – teman di daerah kelahirannya yaitu Jakarta. Hingga awal tahun 1986, Eki membuat band bernama AERO dengan Adi Putra salah seorang mantan pemain Bas dari grup terkenal Jakarta yaitu Hoockerman dan Ramdan seorang guru gitar klasik. Di pertengahan tahun 1986 Eki bergabung dengan Elpamas grup asal Pandaan - Jawa Timur hingga 1988. Di tahun yang sama Eki juga bergabung bersama Ekki Soekarno musisi legendaris di dalam Kharisma Indonesia yang juga mempertemukan Eki dengan Eet Sjahranie. Di tengah tahun 1988 Eki mencoba membuat band lagi namun tidak menghasilkan apa – apa.

Tahun 1989, Eki menemui Jockie Surjoprajogo untuk membuat album rekaman, Jockie yang juga kibordis dari band God Bless itu, menyarankan agar Eki menemui Jimmy Doto, seorang Produser yang mau memproduksi album Eki Lamoh dengan kesepakatan musik digarap bersama - sama dengan Eet Sjahranie.


Di era itu, Indonesia yang budaya masyarakat musiknya dibentuk oleh para pedagang yang tidak mengerti seni secara luas, memiliki budaya sendiri bahwa vokalis harus ada musisi lain yang menggarap album musiknya. Dan Eki hanya meng-iyakan saja ketika hal itu disampaikan oleh produsernya. Pada pertengahan penggarapan album, Eet yang ditunjuk menjadi penata musik itu, mengajukan usul agar album ini namanya album "Eki Lamoh dan Eet Syahranie". Eki menyetujuinya. Jimmy Doto yang begitu aktif untuk menjadi bagian yang terdalam dari proyek ini, mengusulkan nama "E & E" sehingga menjadi album duo. Eki juga menyetujui itu. E & E mengalami perkembangan dalam nama pada saat proses rekaman itu berjalan. Hingga sekarang orang mengenal grup band itu bernama Edane. Edane dengan Eki Lamoh sebagai vokalis menghasilkan album The Beast  yang dirilis pada 1992. Setelah Edane menjadi band pembuka Sepultura pada 1992, Eki Lamoh dipecat dari Edane dan digantikan oleh Heri Batara.

Di tahun 1993 Eki bergabung di dalam grup Forum bersama Tantowi Yahya Father of Indonesian country music Union (CMCI), Erwin Gutawa, Vina Panduwinata, KLa Project, Elfas Singer, Addie MS, Ahmad Albar, Oddie Agam, Memes, Andre Hehanusa, Adjie Soetama, Titi DJ, Ita Purnamasari, Dwiki Dharmawan, Irianti Erningpraja, Silvana Herman, Paramitha Rusady dan Inggrid Widjanarko pencipta lagu apatis.


Masih di tahun 1994, Eki membuat album dengan Elpamas dengan judul Bos dan didalam album itu pula, salah satu lagu blues berbahasa inggris pertama di Indonesia yang terdata di Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dan dikemas di dalam bentuk pita kaset berjudul “Melancholy Blues” ciptaan Eki Lamoh Dan Elisabeth Milbradt. Setelah itu dia meninggalkan Elpamas dan digantikan oleh Doddy Keswara.

Setelah meninggalkan Elpmas dia merilis album solo pada 1995 yang melahirkan lagu berjudul “Cintaku Berantakan”.

Setelah itu dia vakum dari hingar bingar kehidupan bermusik dan kini menetap di Jogyakarta dan menekuni kegiatan barunya yaitu menyelesaikan sekolahnya yg sempat di tinggalkan. Bidang yang diambil adalah Theologi & Sastra Inggris serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan lewat pelayanannya di gereja.

Eki menjelaskan bahwa dia masih aktif berkarya di musik sekarang ini, di samping itu untuk tetap tersalurkan hobinya dalam bermusik, Eki membentuk band baru yang beranggotakan anak-anak muda dengan mengambil genre blues sebagai warna musiknya. Namun Begitu, untuk mengobati kerinduan para penggemarnya dalam mendengarkan lengkingan suaranya Eki Lamoh tetap aktif menerima tawaran tampil off-air bila ada acara yang mengundang dia sebagai pengisi acaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...