Keseriusan bermusik dilingkungan indie bukan perkara mudah.
Cukup banyak kita dengar band ataupun musisi yang harus menutup mimpinya untuk
bisa melanjutkan karier mereka. Tak hanya perkara kekompakan di dalam tubuh
band sendiri, namun modal, dukungan komunitas ataupun tempat ngamen yang intens
menjadi indikator kuat apakah band/musisi tersebut dapat meraih sukses
tidaknya.
Jeans Roek
mungkin menjadi satu contoh dari ribuan band yang hidup di jalur independen yang
tengah meniti langkah lebih jauh lagi. Band Indie Bogor ini, kini sedikit
menikmati hasil sebuah perjuangan untuk menembus eksistensi dipanggung indie
Bogor. Tinggal lagi mungkin tengah menyiapkan energi untuk langkah yang lebih
besar lagi, Jakarta!
Jeans Roek bukanlah sebuah produk celana jeans, atau apapun
yang berhubungan dengan pakaian. Mereka adalah band indie asal Bogor yang
mengawali keberadaannya lewat pertemanan di SMAN 4 Bogor. Koran yang memegang posisi gitar dan Ragil pada drum sepakat untuk
membentuk sebuah band dengan konsep Rock N Roll, karena kecendrungan telinga
mereka yang menyukai musik-musik tersebut. Lalu atas kesukaan musik yang sama,
bergabung lagi dengan keduanya Dewa yang menempati posisi vokal. Tak lama hadir
lagi Dimas dan Jati yang memainkan gitar dan bass.
Atas ajakan Koran.
Mengenai nama band sendiri yang terdengar unik, awalnya
dipicu oleh kehadiran Dewa yang menggunakan celana jeans roek (roek istilah
Sunda yang berarti sobek). Nah.. langsung saja mereka menggunakan istilah
itu sebagai nama band, Jeans Roek. Selain anggapan bahwa celana jeans
menjadi satu ciri khas Rock N Roll, terlebih lagi bila sobek.
Sama seperti group band dibelahan dunia manapun, seiring
berjalannya waktu, Jeans Roek juga mengalami bongkar pasang personil. Seperti
posisi bassis yang akhirnya ditempati oleh Amri, karena Dimas hengkang dari band ini karena alasan pribadi.
Yang menjadi cerita pilu adalah, tatkala band yang baru
seumur jagung ini, pada 4 Juni 2011 resmi berhenti di dunia band indie dikarenakan
masing-masing personil harus meneruskan pendidikan ke jenjang kuliah. Perbedaan
kota menjadi kendala utama dalam keharmonisan band ini. Maka seluruh personil
sepakat untuk bubar.
Lepas 2 tahun berlalu, tepatnya pada 26 Juni 2014, karena
keinginan kuat serta tekad yang bulat, Koran memutuskan untuk menghidupkan
kembali Jeans Roek yang sempat mati. Sebagai individu yang sedari awal
membidani band ini, Koran pun menghubungi semua personil Jeans Roek untuk
kembali kedunia yang menyatukan mereka. Namun hanya Amri yang sepakat dengan
ide tersebut.
Tak hilang akal, ia menghubungi Nopa seorang drummer yang pada saat itu adalah personil band Preman Kota. Bertiga mereka kembali
mengibarkan Jeans Roek dengan sedikit mengubah konsep bermusik mereka menjadi
Punk N Roll. Dalam perjalanannya, mereka bertiga akhirnya bertemu dengan
Ali yang memiliki kecenderungan menyukai musik yang sama. Aji pun akhirny a bergabung dan
mengisi posisi gitar.
Dengan progres super cepat, mereka pun menelurkan debut
album bertajuk Bangkit Dari Kubur.
Judul yang terdengar horor, namun secara keseluruhan album ini membahas tentang
sebuah perubahan besar dalam tubuh Jeans Roek. Proses pengerjaan album sendiri
menghabiskan waktu sekitar setahun, dikarenakan mereka juga sangat sering
sekali tampil di Gigs lokal Bogor. Semangat yang masih kuat serta tekad
yang sangat bulan menjadi modal awal mereka untuk tetap berkarya dijalur ini.
Album debutan ini menempatkan 11 tracklist,
diiantaranya ‘Bangkit Dari Kubur‘, ‘Still Rock N Roll‘, ‘Hidupku Duniaku’,
ataupun ‘Palkon’. Lagu andalan ‘Bangkit Dari Kubur‘ menghadirkan sound yang
berkesan ketika era Hard Rock berjaya. Ditimpali dentuman drum yang disebagian
besar part dikuasai oleh kekuatan punk. Tidak pula ketinggalan, lirik yang
meneriakkan semangat Jeans Roek untuk kembali ke ranah Rock N Roll dan
meneruskan untuk berkarya seperti dulu.
Pada sisi lain, mereka juga mengungkapkan kegalauan terhadap
masalah sosial yang terjadi lewat single ‘Palkon‘. Keresahan mereka
terhadap penguasa dengan sistem kapitalis yang memberatkan masyarakat,
disampaikan dengan lirik penuh kesal dan amarah. Semuanya dapat ditangkap
lewat penggalan lirik yang dipengaruhi oleh aroma Black Sabbath ‘jangan terlalu
membesarkan ego, karena kita bermain sebagai tim bukan solo yang bisa bertindak
seenak jidat‘.....
Album kedua mereka yang bertajuk Here We Are Shut Your Mouth, dipublikasikan pada bulan Juli 2016.
Di album kedua ini mereka menambahkan berbagai instrumen baru. ’Tunggu dan
dengarkan saja album kita berikutnya,‘ ucap Koran ketika ditanya sebagaian
besar membahas apa untuk album kedua mereka.
Begitulah, Jeans Roek yang diwakili oleh Koran menanam
harapan besar, bahwa musik mereka mampu diterima di telinga pecinta musik indie
ataupun musik industri sekalipun. Penerimaan tersebut bisa menjadi vitamin
manjur agar mereka dapat melebarkan sayap di dunia yang mereka senangi.
(Newsmusik, 15/07/2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar