Dilahirkan pada 17 Mei 1958 dengan nama Paul Andrews dan
tumbuh Chingford, London, Inggris. Menghabiskan tahun-tahun remajanya dengan
menyanyi di beragam band rock dan bekerja sebagai seorang tukang jagal dan juru
masak. Dia berteman dengan pemain bass Steve Harris, yang sedang mencari
seorang pengganti untuk penyanyi yang baru meninggalkan band heavy metalnya
yang dibentuk pada 1977, Iron Maiden. DiAnno tidak tertarik oleh apa yang
sebelumnya dia lihat dari band itu tapi memutuskan untuk mencoba masuk band,
dan mendapatkan pekerjaan sebagai vokalis dengan segera.
Iron Maiden segera menemukan diri mereka sebagai bagian dari
gerakan New Wave of Bristish Heavy Metal. Pada 1979 terlihat perilisan rekaman
debut yang diedarkan sendiri oleh Maiden, The Soundhouse Tapes, yang dengan
cepat terjual saat band mulai mendapatkan penggemar. Teken kontrak dengan
EMI/Capitol tidak lama kemudian, Maiden bersiap untuk menaklukan dunia. Rilisan
self-title 1980 “Iron Maiden” dengan cepat menjadi debut klasik dan
berpengaruh, saat band meleburkan energi band dengan riff metal, bertindak
sebagai cetka biru untuk genre heavy metal di masa depan seperti thtash dan
speed metal. Apa yang juga menjadikan band lebih menonjol dari semuah band
metal lain pada saat itu adalah tampilan dan citra dari frontman mereka/Di’Anno
yang menolak untuk berkompromi dengan tampang metal regular, tapi malahan untuk
memilih tetap dengan tampilan dan gaya prilaku Punk/Jack the Lad miliknya.
1981 terlihat perilisan album tindak lanjut mereka,
“Killers”, juga sebuah EP live, “Maiden Japan”. Meskipun mendapatkan kesuksesan
dunia dan mulai mendapatkan pengakuan, Di’Anno pergi dari band pada musim gugur
1981 (dia mengaku bahwa pesta pora berlebihan pada saat itu yang membuatnya
pergi dari Maiden). DiAnno pergi setelah sebuah pertemuan dengan band dan
manjer mereka Rod Smallwood. Dalam kata-kata Di’Anno: “Seperti ada Mussolini
dan Adolf Hitler yang menjalankan band anda. Karena ini Rod Smallwood dan Steve
Harris dan itulah. Tidak akan ada orang lain lagi dan karakter saya terlalu
kuat untuk itu maka saya dan Steve selalu bertikai”. Di’Anno dibayar oleh
Smallwood pada saat kepergiannya dan tidak menerima royalti pada lagu-lagu Iron
Maiden.
Namun, suara Di’Anno yang unik dan sangat bertenaga telah
membuat ketertarikan besar pada penggemar musik rock dunia, dan mendapatkannya
sejumlah penggemar karena memperolah penjualan lebih dari 20 juta kopi dari dua
album Iron Madien pertama yang menampilkan bakat vokal unik Di’Anno. Dalam karirnya
setelah Iron Maiden, Di’Anno telah merilis beragam album, baik sebagai artis
solo atau sebagai anggota dari beberapa band seperti Gogmagog, Di’Anno, Praying
Mantis, Battlezone, Rockfellas dan Killers dan telah tampil pada lebih dari 60
album (baik sebagai artis atau tamu) yang dirilis ke seluruh dunia.
Sebagai seorang ikon dari genre metal DiAnno dengan rutin
melakukan pertunjukan (dari 2000 hingga 2003 dengan mantan bandnya Killers, dan
dengan Screaming Monkey) ke seluruh Eropa, Canada, Amerika Selatan dan juga ke
India dimana dia mendapatkan peran film pertamanya di sebuah film Bollywood.
Di’Anno bahkan memiliki waktu untuk merilis buku/otobigrafi pertamanya berjudul
“The Beast” yang mengungkapkan semua perjalanan hidupnya yang naik turun dan
sering bergaya hidup yang mengganggu selama dua dekade terakhir. Walaupun dia
hanya muncul di dua album Iron Maiden pertama, karya Maiden dengan Paul Di’Anno
menjadi karya terbaik diantara karya metal lainnya, dan kini kedua album itu
menjadi idola dan dianggap sebagai “The All Time Classics” oleh sebagain besar
penggemar metal dan musisi dunia.
Mengenai Agama Di’Anno sering membuat bingung orang banyak;
dia telah memberikan wawancara yang saling bertentangan satu sama lain, mungkin
sebagai candaan. Dia memiliki sebuah tato di belakang kepalanya yang tertulis
“666” dan “GOD = SUCKER”. Menurut otobiografinya, dia beralih ke Islam pada
1990an setelah membaca Al-Qur’an. Namun dia kemudian membantah hal itu: saya
pikir agama membunuh orang. Saya tidak percaya agama. … Tidak, ayah saya
seorang Muslim, saya harus mengakuinya. Tapi saya tidak peduli. Di sebuah
wawancara selanjutnya Di’Anno mengklarifikasi bahwa dia tidak pernah menjadi
Muslim sejati, bahwa dia berhenti minum, tapi mencoba untuk menjadi pribadi
yang lebih baik dengan mengaplikasikan filosofi Muslim dalam hidupnya.
Otobiografinya makin membingungkan, dalam beberapa kalimat dia mengklaim
sebagai Muslim, Katolik, Yahudi dan Aborigin.
Di’Anno memiliki seorang putra dewasa, yang tinggal di
Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar