Pria yang bernama lengkap Ivan Firmansyah ini menggebrak
dunia underground Indonesia bersama band hardcore metal-nya bernama Burgerkill.
Pria kelahiran 19 April 1978 dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, juga
pendiam. Minatnya akan musik telah terlihat sejak ia masih kecil. Dan mulai
bermain band sejak ia bersekolah di sekolah menengah pertama. Akhirnya setelah
berulang kali membentuk band, pada tahun 1995 ia masuk Burgerkill yang
didirikan oleh Eben dan Kimung. Burgerkill pada awal karirnya lebih sering main
di Jakarta. Bahkan sempat disangka band Jakarta karena hal tersebut. Disamping
memang pada waktu itu mereka masih membawakan Old School Hardcore Seperti Minor
Threat, Circle Jerks, Black Flag, yang notabenenya lebih banyak dimainkan oleh
band band Hardcore Jakarta dibandingkan dengan Bandung.
Perkenalanya dengan Beby, penabuh drum Beside kala itu
memikat hatinya untuk bermain musik. Kendati darah seninya telah mengalir dari
Ayahnya, karena memang seorang seniman handal. Semenjak itulah Ia kerap
menghabiskan waktunya bermain musik ria. Aliran Bawahtanah menjadi gender yang
diusungnya kelak. Burgerkill jadi pelabuhan sekaligus muara dalam
mengekpresikan kegelisahan, kecambuk hatinya saat mengejar persoalan yang
dihadapinya. Namun, ada yang unik dari Scumbag ini. Meski seorang pentolan
kelompok Metal yang sarat pengguna dzat adiktif, tapi dalam urusan ibadah tak
mau ketinggalan. Misalnya saat puasa di bulan ramadhan Ia selalu menasihati
kawan-kawanya untuk tetap shaum dan shalat.
Aing kan geus mabok van! Sengit Bebi protes. Eh..!! mabok mah mabok. Tapi nu lima waktu kudu jalan terus”, Ivan menjawab tak kalah sengit. Inilah percakapan yang mengasikan. Diakui atau tidak masa kecilnya yang dipenuhi dengan bimbingan keagamaan yang kuat membuat Ia tetap mempertahankan rutinitas ibadah. Keaktif di Ikatan Remaja Mesjid Membangun Daerah (Remamuda) Al-Hidayah; Ikatan Remaja Nurul Islam (IRNI); Ketua Ikatan Remaja Mesjid Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12 Bandung. Melengkapi keimananya.
Ia sempat kuliah disalah satu purguruan tinggi negeri
bergengsi didaerah Jatinangor, Sumedang. Akan tetapi, karena ia merasa musik
adalah jalan hidupnya, ia pun memutuskan untuk drop out, dan terus menghajar
jalanan bersama Burgerkill. Ivan tidak pernah hidup menetap disuatu tempat.
Walaupun pada dasarnya Ivan dulu tinggal bersama keluarganya, namun setelah
ayahnya meninggal Ivan memutuskan untuk keluar dari rumah karena tidak ingin
membebani ibunya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya dijalanan,atau dirumah
sahabat-sahabatnya. Ia merasa sangat menikmati kehidupannya tersebut. Ia begitu
membumi dengan segala kerendahan hatinya walaupun bisa dibilang ia adalah
seorang panutan di komunitas bawah tanah Bandung. Banyak orang yg
berlomba ingin dekat dengan Ivan, dan dengan tangan terbuka, ia menerima mereka
semua. Begitulah dia, semakin orang lain memujanya, semakin ia merendahkan
dirinya. Tidak ada ego seorang Rock Star sedikitpun dalam dirinya.
Satu hal lagi yang tak kalah menarik darinya, keinginya
untuk menulis terpatri dalam coretan dinding kamar WC Rony salah satu kawan
karibnya dan buku hariannya. Ikhtiar sekaligus mengikuti orang beradab
dalam menulis terus mengebu-gebu bak api, manakala Ia mendapatkan tawaran
membuat ilustrasi untuk buku ‘Tiga Angka Enam’ karya Addy Gembel (Forgoten)
dari Minor Books yang dikomandoi oleh Kimung. Keterlibatanya dalam dunia tarik
suara tak bisa diragukan lagi. Band Burgerkill tak bisa dipisahkan darinya laksana
dua sisi mata uang. Kegigihanya dalam berdendang menorehkan beberapa karya
monumental. Hingga kini terkenang dalam ingatan pecinta musik underground,
diantaranya; “DUA SISI” MC Album, Riotic Records, (2000), “BERKARAT” MC &
CD Album, Sony Music Ent. Indonesia, (2003), “DUA SISI REPACKED” MC & CD
Album, Sony Music Ent. Indonesia, (2005), “BEYOND COMA AND DESPAIR” MC & CD
Album, Revolt! Records, (2006).
Beberapa penghargaan pun telah diraihnya. Antara lain
Nominator “Band Independent Terbaik” versi majalah NEWSMUSIK Indonesia, (2000),
Exclusive 1 year Endorsement “PUMA Sports Apparel” USA, (2001), Exclusive 2
year Endorsement “INSIGHT Clothing” Australia, (2002), Award “Best Metal
Production” (“Berkarat”, Sony Music Ent.), AMI AWARDS, (2004), Salah satu Album
Terbaik (“Beyond Coma…”, Revolt! Records) versi majalah RIPPLE Indonesia,
(2006), 20 Album Indonesia Terbaik (“Beyond Coma…”, Revolt! Records) versi
majalah ROLLING STONE Indonesia, (2006), Original Soundtrack “Hantu Jeruk
Purut” Movie, Indika Film, (2006), Original Soundtrack “Malam Jum'at Kliwon”
Movie, Indika Film, (2007).
Di tengah-tengat derasnya arus pelabelan dan mudahnya
menjadi seleb mendadak. Scumbag bareng Burgerkill saat teken kontrak selama 6
album dengan Sony Music, malah rela meninggalkan produksi record ternama itu
dan kembali ke Indie. Keputusan inilah yang menjadi decak kagum, Gustaff H
Iskandar, Seniman bekerja untuk Bandung Center For New Media Arts Common Room
Networks Foundation di prolog buku Based On True Story My Self Scumbag (Beyond
Life And Death) (2007;365) . Namun keterbatasan inilah yang justru malah
membina mereka menjadi musisi-musisi yang konsisten di ranah idealisme yang
tinggi. Terkondisikan oleh gesekan-gesekan dari lingkungan sekitar, membuat
mental musisi-musisi Ujungberung menjadi kuat. Ini terbukti hingga sekarang
mereka tetap konsisten memainkan musik yang mereka sukai, tidak terpancing oleh
arus trend yang global. Justru merekalah yang kemudian menciptakan trend di
kalangan musisi underground Bandung, Bahkan Indonesia.
Namun dalam perjalanannya meraih prestasi tersebut sosok
Ivan sembat membaur dengan drugs dan alkohol yang mewarnai masa lalunya. Ivan
mulai dari masa kecil yang dibesarkan dari kurangnya kontrol dari keluarga dan
semasa remaja. Ivan kerap berpindah asuhan, sehingga figur keluarga
sebagai kontrol dirinya cenderung semakin membias. Pola pikir yang tidak
terkendali yang sangat kontradiktif dengan bimbingan keagamaan yang ia dapatkan
dan bersifat dogmatis. Pendekatan dan pemahaman yang selintas ternyata tidak
cukup dalam membentengi diri dari sisi pendobrakan dari relung jiwa Ivan. Hal
inilah yang menjadi konflik besar dari dalam diri Ivan.
Konflik antara penasaran dan gengsi ABG , dengan bisikan
alim dalam jiwanya digambarkan dengan jelas beserta illustrasi gambar di
dalamnya. Konflk inilah yang merongrong kestabilan jiwa Ivan secara perlahan
baik hubungan dengan band, kekasih dan keluarganya dan diperparah dengan
meninggalnya sang ayah dan merupakan satu satunya dari keluarga Ivan yang dianggap
sebagai kontrol dan stabilitas keluarga. Rasa kecewanya tersebut semakin
terlampiaskan dengan manifestasi kecanduan drugs dan alcohol yang
akhirnya malah dapat dimanifestasikan dengan berbagai karyanya berupa lirik
lirik Burgerkill dalam album Berkarat dan album terakhirnya Beyond Coma and
Despair yang cenderung merupakan cerita nyata dalam kehidupan keseharian dari
sang maestro, Ivan Scumbag.
Lirik yang ia
ungkapkan begitu jujur dan sederhana. Ia mempertanyakan dirinya, masyarakat,
tuhannya, kehidupannya, dan segala yang bertalian di dirinya. Lebih menyentuh
lagi karena lirik tersebut ia ungkapkan dalam bahasa Inggris yang indah. Saya
bahkan sempat lupa bahwa lirik lagu tersebut disuarakan dengan alunan musik
yang sangat menghentak. Di akhir hidupnya dengan penyakit yang ia derita, yang
ia sendiri tak tahu ia sedang sakit apa, Ivan tetap menjalankan komitmennya
untuk berolah vokal. Sesak nafasnya, sakit kepalanya, dan ketidaksadarannya
yang datang tiba-tiba sama sekali tidak membuat Ivan meminta izin untuk
beristirahat. Ia tetap menyuarakan suaranya yang fenomenal, berusaha menjangkau
range yang ia bayangkan, dan membuat beragam lirik yang menyuarakan
kegalauannya akan hidup dan kerinduannya pada satu tempat bernama spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar