Nama meraka muncul di era pertengahan tahun 60an dan di saat
itu pula pengaruh musik pop ala the Beatles, Herman Hermith serta psychedelic
seperti Pink Floyd, Procol Harum, Nektar dll. telah menyeruak sampai ke negeri
tercinta ini maka tak heran bila Ariesta Birawa band asal surabaya ini pun
bernuansa pop rock dan psychedelic. Grup musik ini muncul dari gagasan
anak-anak muda yang ingin menyatukan ideologi mereka dalam alunan musik.
Band
yang lahir di tahun 1964 di kota surabaya ini beranggotakan: Oedin Syach,
Jefri Zainal, Sonata Tanjung, Noerche dan Mus Mulyadi.
Band
ini berhasil merilis album pertama yang berjudul “Jaka Tarub” (DJOKO TARUB)
pada sebuah label rekaman Dimita Moulding Record
(MESRA). Ariesta Birawa bisa di bilang sangat fenomenal, karna pada saat peluncuran
album kedua berjudul Si Ompong yang dirilis oleh Serimpi Records, mereka adalah
satu-satunya band yang direkam dan diedarkan oleh perusahan rekaman yang blum pernah
merekam sebuah grup band sebelumnya. Karna kita tahu Serimpi Records selama ini
hanya label rekaman yang merekam sanggar cerita lawak, gending jawa dan wayang
orang serta ketoprak. Dan satu lagi yg membuat mereka semakin fenomenal adalah
saat perusahan rekaman dari jerman yaitu Shaddock Records kembali merilis album
kedua mereka yg bertittle “Si Ompong”. Tentulah membuat smua orang terkejut dan
kembali teringat akan Ariesta Birawa, nama yang hampir dilupakan di negeri
tercinta ini.
Ariesta
Birawa bersama band lain di era 60an dan 70an, dari negeri tercinta inilah
kemudian menjadi sebuah tolak ukur bahwa musik anak negeri bisa menjadi tuan
rumah di negeri sendiri dari era 60an sampai skarang. Namun, untuk meraih semua
impian itu tidak segampang yang kita bayangkan. Karena dalam proses mempersiapkan
album kedua, mereka di hadapkan pada problematika internal yaitu keluarnya
personil mereka satu persatu.
Mus Mulyadi keluar dari grup, lalu dia
bersama Arkan (gitaris muda) yang di sebut sebagai “Jimmy Page”-nya surabaya,
membentuk “Exotic Band”. Mus Mulyadi berpindah dan membentuk group baru “Favorite band“.
Tak lama berselang, Sonata Tanjung kemudian bersama Ucok membentuk “AKA Band“.
Dan terakhir bergabung dengan “SAS".
Praktislah bawah Ariesta Birawa hanya tersisa tiga orang yaitu Jefry Zaenal
(drummer), Oedin Syach (gitar/vokal) dan Noerche (bass/vokal). Meski mengalami
kesulitan di tahap awal saat menyelasaikan album kedua mereka, tidak meredupkan
tekad yang kuat dan kerja keras serta jiwa spartan mereka. Patutlah di ajungi
jempol saat mereka meyelasaikan album kedua. Banyak orang yang beranggapan
miring tetang album kedua karna tanpa hadirnya Sonata Tanjung dan Mus Mulyadi.
Tapi anggapan miring itu terbantahkan karna justru kolabarasi tiga orang
anggota band yang tersisa malah menghadirkan corak warna musik dengan konsep
yang begitu berbeda, bisa di bilang berubah 180 derajat. Album pertama “Jaka
Tarub” lebih bernuansa Pop serta Folk. Sedangkan di album kedua ini lebih
bernuansa pop rock serta
psychedelic.
Musik
mereka lebih matang dalam konsep suara juga aransemen musiknya. Sayangnya
setelah sukses mngeluarkan album kedua, mereka seakan-akan hilang dari
peredaran musik tanah air dan gak pernah lagi terdengar nama mereka dalam kurun
waktu yang cukup lama.
Sampai
pada berita paling mengejutkan bahwa Ariesta Birawa, grup band dari Indonesia
serta grup band lain seperti Shark Move, Benny Soebardja
dan Guruh Gipsy
dirilis ulang oleh label rekaman Jerman (Shaddock Records). Inilah satu
bentuk apresiasi yang luar biasa yang diberikan oleh orang luar negeri
terhadap musik anak negeri yang semestinya kita yang memberikan hal itu. Dari
sinilah kita harus berani berjuang melawan lupa dan saatnya kita bangga terhadap
karya anak negeri. Dan satu lagi point penting yang kita dapat dari peristiwa
itu bahwa banyak para kolektor musik mulai kasak-kusuk mencari album mereka
yang telah lama terlupakan di negeri tercinta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar