Dilahirkan dengan nama Alexander Theodore di Jakarta, 13
Juli 1961. Nama Eki adalah kependekan dari penggilan keluarga yang biasa
memanggilnya Leki (panggilan sayang keluarga, kependekan dari Alexander). Dan
Lamoh, adalah marga dari leluhur Eki yang berasal dari Minahasa, Sulawesi
Utara. Karena sewaktu Eki masih berusia dua tahunan yang baru belajar bicara
dan belum bisa menyebut Leki, maka hanya Eki yang terucap dari mulut kecil yang
masih cadel itu. Hingga sekarang, orang biasa mengenal dan memanggilnya dengan
nama, Eki Lamoh.
Orang pertama yang melihat bakat Eki yang luar biasa
adalah Neneknya, Tora Fischer. Tora Fischer menganjurkan agar Eki terus
berlatih lagu - lagu klasik dan memberi saran agar Eki tidak mengikuti jalur
musik orang tuanya, yaitu Hawaiian,Jazz dan Blues. Karena menurut neneknya yang
lahir di Pulau Rimau, Banyu asin, Palembang yang sekolah lalu menikah dengan
Hans Milbradt di Jerman (1904 - 1932) itu, musik Jazz adalah musik budak dan
belum mendapat tempat di kalangan elit. Akan tetapi Eki Malah melenceng ke
jalur Blues yang berkembang ke Hard Rock and Roll.
Berkat kejelian Sahabat ayah Eki yang sudah dianggap
seperti pamannya sendiri, yaitu almarhum Leo Fiolle seorang cameraman
legendaris Indonesia, pada tahun 1973 Eki yang berusia 12 tahun mendapat peran
di dalam film "Pencopet" Sophan Sophian, pemeran utama pria sebagai
tokoh Kadir, dan Widyawati. Di dalam film pencopet dan Eki memerankan tokoh
Kadir kecil.
Pada tahun 1976, Eki yang belajar vokal hanya dari mendiang
ibunya yaitu Elisabeth Ottillie Towa Milbradt, sudah mulai mencoba mencipta lagu
bersama temannya Tommy W.S. Tommy yang bersama Christ Kayhatu teman - teman kumpulnya
Eki pada saat mereka (Tommy dan Christ) bergabung dalam kelompok vokal Emerson
dan menjadi juara 1 lomba cipta lagu remaja Prambors ke 2 (LCLR) di tahun 1978,
semakin bersemangat untuk membuat album bersama Eki. Di Tahun 1979, Leo Fiole
adalah orang pertama yang membiayai untuk membuat album rekaman Eki bersama almarhum
Tommy Wahyudin Sabah sahabat sekaligus guru Eki di bidang mencipta lagu. Namun,
album itu tidak selesai. Pada akhir tahun 1979 dan awal 1980 Tommy dan Eki
meneruskan album yang tertunda ke dapur rekaman dan di biayai oleh Keponakan
Leo Fiolle, yaitu Zul Barmansyah. Sayangnya, sampai sekarang album itu tidak
pernah dirilis.
Antara tahun 1980 - 1981 Eki mulai bergabung dengan
teater September pimpinan Ali Shahab (Father of Indonesian production house)
bersama bintang – bintang legendaris Indonesia seperti Rahayu Effendi, Ali
Shahab, Wolly Sutinah (Mak Wok) A. Hamid Arif, Danna Christina, Aminah
Cendrakasih, Jaja Mihardja, Nirin Kumpul, Yani Wulandari, Mat Tuyul, M.Toha, M.
Nasir, Dorman Borisman, Septian Dwicahyo dll. Setahun kemudian, rumah produksi
pertama di Indonesia pimpinan Rahayu Effendi dan Ali Syahab ini memproduksi
komedi Betawi karya dari Jaja Miharja yang berjudul Juragan Sulaiman, yang
judul aslinya adalah Perawan Syaraf (Jin Tomang). Di dalam cerita juragan
Sulaiman, Eki mendapat peran menjadi Romli sang jagoan pemilik Jin Tomang. Banyak
karya Teater September untuk televisi yang dilahirkan pada saat Eki bergabung
dengan Teater September hingga tahun 1983.
Di tahun yang sama, Eki yang tidak pernah berhenti
bermusik mulai memperlihatkan bakatnya yang luar biasa kepada publik melalui
jalur musik Rock yang Eki tekuni secara diam – diam sejak usia 9 tahun. Di mana
kala itu Deep Purple dan Led Zeppelin yang sangat mempengaruhi pembentukan Eki
sejak masih usia dini itu. Pada tahun 1984, Eki yang sudah bermain band kesana
kemari selalu mencari tempat untuk meledakkan pengendapan alam bawah sadarnya
akan musik. Hingga di tengah tahun 1984 Eki membentuk band dengan teman – teman
di daerah kelahirannya yaitu Jakarta. Hingga awal tahun 1986, Eki membuat band
bernama AERO dengan Adi Putra salah seorang mantan pemain Bas dari grup
terkenal Jakarta yaitu Hoockerman dan Ramdan seorang guru gitar klasik. Di
pertengahan tahun 1986 Eki bergabung dengan Elpamas grup asal Pandaan - Jawa
Timur hingga 1988. Di tahun yang sama Eki juga bergabung bersama Ekki Soekarno
musisi legendaris di dalam Kharisma Indonesia yang juga mempertemukan Eki dengan
Eet Sjahranie. Di tengah tahun 1988 Eki mencoba membuat band lagi namun tidak
menghasilkan apa – apa.
Tahun 1989, Eki menemui Jockie Surjoprajogo untuk membuat
album rekaman, Jockie yang juga kibordis dari band God Bless itu, menyarankan
agar Eki menemui Jimmy Doto, seorang Produser yang mau memproduksi album Eki
Lamoh dengan kesepakatan musik digarap bersama - sama dengan Eet Sjahranie.
Di era itu, Indonesia yang budaya masyarakat musiknya
dibentuk oleh para pedagang yang tidak mengerti seni secara luas, memiliki
budaya sendiri bahwa vokalis harus ada musisi lain yang menggarap album
musiknya. Dan Eki hanya meng-iyakan saja ketika hal itu disampaikan oleh
produsernya. Pada pertengahan penggarapan album, Eet yang ditunjuk menjadi penata
musik itu, mengajukan usul agar album ini namanya album "Eki Lamoh dan Eet
Syahranie". Eki menyetujuinya. Jimmy Doto yang begitu aktif untuk menjadi
bagian yang terdalam dari proyek ini, mengusulkan nama "E & E"
sehingga menjadi album duo. Eki juga menyetujui itu. E & E mengalami
perkembangan dalam nama pada saat proses rekaman itu berjalan. Hingga sekarang
orang mengenal grup band itu bernama Edane. Edane dengan Eki Lamoh sebagai
vokalis menghasilkan album The Beast
yang dirilis pada 1992. Setelah Edane menjadi band pembuka Sepultura pada
1992, Eki Lamoh dipecat dari Edane dan digantikan oleh Heri Batara.
Di tahun 1993 Eki bergabung di dalam grup Forum bersama
Tantowi Yahya Father of Indonesian country music Union (CMCI), Erwin Gutawa,
Vina Panduwinata, KLa Project, Elfas Singer, Addie MS, Ahmad Albar, Oddie Agam,
Memes, Andre Hehanusa, Adjie Soetama, Titi DJ, Ita Purnamasari, Dwiki
Dharmawan, Irianti Erningpraja, Silvana Herman, Paramitha Rusady dan Inggrid Widjanarko
pencipta lagu apatis.
Masih di tahun 1994, Eki membuat album dengan Elpamas dengan
judul Bos dan didalam album itu pula, salah satu lagu blues berbahasa inggris
pertama di Indonesia yang terdata di Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) dan
dikemas di dalam bentuk pita kaset berjudul “Melancholy Blues” ciptaan Eki
Lamoh Dan Elisabeth Milbradt. Setelah itu dia meninggalkan Elpamas dan
digantikan oleh Doddy Keswara.
Setelah meninggalkan Elpmas dia merilis album solo pada
1995 yang melahirkan lagu berjudul “Cintaku Berantakan”.
Setelah itu dia vakum dari hingar bingar kehidupan
bermusik dan kini menetap di Jogyakarta dan menekuni kegiatan barunya yaitu
menyelesaikan sekolahnya yg sempat di tinggalkan. Bidang yang diambil adalah
Theologi & Sastra Inggris serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan lewat
pelayanannya di gereja.
Eki menjelaskan bahwa dia masih aktif berkarya di musik sekarang
ini, di samping itu untuk tetap tersalurkan hobinya dalam bermusik, Eki
membentuk band baru yang beranggotakan anak-anak muda dengan mengambil genre blues
sebagai warna musiknya. Namun Begitu, untuk mengobati kerinduan para
penggemarnya dalam mendengarkan lengkingan suaranya Eki Lamoh tetap aktif
menerima tawaran tampil off-air bila ada acara yang mengundang dia sebagai
pengisi acaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar