Sejumlah nama besar di industri
musik cadas tanah air mulai lahir, berkembang, dan tumbuh besar di era 1970-an.
Salah satunya yang paling dikenal adalah Ucok Andalas Datuk Oloan Harahap, atau
lebih dikenal dengan Ucok AKA. Selain rambut kribo, Ucok dikenal karena aksi
gila di atas panggung bersama band AKA yang dibentuknya.
Dilahirkan dengan nama Andalas Datoe
Oloan Harahap di Surabaya, Jawa Timur pada 25 Mei 1943.
Pengamat musik Bens Leo menceritakan bagaimana aksi gila Ucok di atas panggung. Salah satu paling dikenal aksi gantung diri yang dilakukannya. Dengan kaki diikat, dan kepala di bawah, Ucok menampilkan pertunjukan yang mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia dianggap sinting. Maklum, saat itu Indonesia baru lepas dari era Orde Lama, setelah Presiden Soekarno melarang segala bentuk musik berkiblat ke dunia barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris.
"Beberapa kali Ucok tampil dengan aksi gantung diri di panggung. Dia digantung pada roda besar sekali. Kaki di atas dan kepalanya di bawah. Tentu saja dengan posisi seperti itu, darah akan mengalir ke kepala, dan itu membuatnya tidak bisa fokus bernyanyi," kata Bens Leo.
Bens Leo menambahkan, selain gantung diri, aksi teatrikal Ucok bersama AKA adalah dengan menghadirkan peti mati di atas panggung. Biasanya pada lagu penutup sebuah konser. Ucok akan dimasukkan ke dalam peti mati yang kemudian dibawa mobil ambulans.
Pengamat musik Bens Leo menceritakan bagaimana aksi gila Ucok di atas panggung. Salah satu paling dikenal aksi gantung diri yang dilakukannya. Dengan kaki diikat, dan kepala di bawah, Ucok menampilkan pertunjukan yang mungkin bagi sebagian masyarakat Indonesia dianggap sinting. Maklum, saat itu Indonesia baru lepas dari era Orde Lama, setelah Presiden Soekarno melarang segala bentuk musik berkiblat ke dunia barat, khususnya Amerika Serikat dan Inggris.
"Beberapa kali Ucok tampil dengan aksi gantung diri di panggung. Dia digantung pada roda besar sekali. Kaki di atas dan kepalanya di bawah. Tentu saja dengan posisi seperti itu, darah akan mengalir ke kepala, dan itu membuatnya tidak bisa fokus bernyanyi," kata Bens Leo.
Bens Leo menambahkan, selain gantung diri, aksi teatrikal Ucok bersama AKA adalah dengan menghadirkan peti mati di atas panggung. Biasanya pada lagu penutup sebuah konser. Ucok akan dimasukkan ke dalam peti mati yang kemudian dibawa mobil ambulans.
Selain itu, pria asal Sumatera Utara dan besar di Surabaya ini juga kerap berperilaku layaknya orang kesurupan, yang kemudian diakhiri dengan penyiksaan oleh algojo. TIdak hanya itu, beberapa kali Ucok menampilkan gerakan seperti orang yang sedang bersenggama. Objek yang digunakannya adalah alat musik.
Aksi panggung Ucok itu, lanjut Bens, merupakan sesuatu yang baru di Indonesia. Selama ini, publik masih dimanjakan oleh musik manis seperti yang dibawakan Koes Ploes.
Tidak jarang, aksi Ucok ini mengakibatkan kerusuhan. Salah satunya seperti terjadi saat AKA tampil di Yogyakarta pada 1974. Penonton yang tidak suka dengan aksi 'gila' Ucok kemudian melempari panggung dengan kursi dan benda yang ada di lokasi pertunjukan. Kejadian itu membuat personel AKA dilarikan ke rumah sakit.
Salah satu aksi Ucok yang dianggap paling 'gila' adalah ketika dirinya memakan ayam hidup di atas panggung. Hal-hal aneh ini yang disukai penonton dari AKA.
"Ucok pernah makan ayam yang masih hidup. Ucok sering kali mempertontonkan hal-hal aneh. Inilah yang dinikmati penonton kala itu. Bukan musik atau lagu-lagu AKA," tulis promotor musik Log Zhelebour di akun Facebook pribadinya.
Grup band AKA lahir di Surabaya pada 23 Mei 1967. Nama AKA sendiri merupakan akronim Apotek Kali Asin, usaha milik ayah Ucok, Ismail. AKA terdiri Ucok sebagai vokalis, Arthur Kaunang basis, Soneta Tanjung gitaris, dan Syech Abidin di posisi drum. AKA terinspirasi dari band mancanegara seperti The Beatles, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, Grand Funk Railroad, dan Bee Gees.
Grup AKA (singkatan dari Apotek Kaliasin, nama apotek milik Ismail
Harahap, ayah Ucok) kian berkibar setelah meluncurkan album Reflections pada
1971, kemudian Crazy Joe (1972), Sky Rider (1973), Cruel Side of Suez War
(1974), Shake (1975), Mr Bulldog (1976), Pucukku Mati (1977), Badai Bulan
Desember (1978), AKA Pop Melayu, AKA Pop Jawa, dan AKA Kasidah.
Album Crazy Joe dan Badai Bulan Desember mendapat respons paling hebat. Album ketiga dan album kesembilan itu meledak di pasaran. Angka penjualannya mencapai satu juta kaset. Angka penjualan semacam itu, apalagi jenis rock, dipastikan sulit diulangi grup musik zaman sekarang.
Album Crazy Joe dan Badai Bulan Desember mendapat respons paling hebat. Album ketiga dan album kesembilan itu meledak di pasaran. Angka penjualannya mencapai satu juta kaset. Angka penjualan semacam itu, apalagi jenis rock, dipastikan sulit diulangi grup musik zaman sekarang.
Bersama Ahmad Albar, ia juga pernah
membentuk duo dengan nama Duo Kribo. Duo Kribo merilis album-album Neraka
Jahanam (1977), Pelacur Tua (1978) dan Panggung Sandiwara (1978).
Selain bermain musik dia juga pernah
bermain dalam sejumlah film nasional seperti Dikejar Dosa (1974), Darah Muda
(1977), Duo Kribo (1977) dan lain-lain.
Hingga akhir hidupnya, Ucok menikah sembilan kali dan dianugerahi
delapan anak dan 14 cucu.
Ucok meninggal pada hari Kamis
tanggal 3 Desember 2009 di Surabaya, Jawa Timur pada usia 66 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar