Dilahirkan pada 5 April 1957 di Cimahi, Jawa Barat.
Wanita bermata bola ini kerapkali dijuluki Janis Joplin Indonesia sejak paruh dasawarsa 70-an. Mungkin karena suaranya yang melengking dan parau. Rock pisan dan blues tentunya. Mulai berkiprah di paruh era 70-an. Saat itu Euis Darliah tergabung dalam band wanita Antique Clique. Band yang super heboh ini sempat ikut dalam Festival Band Wanita pertama di Indonesia yang digagas majalah Top Jakarta. Antique Clique memang tidak menang, tapi Euis Darliah berhasil menuai sensasi luar biasa dengan memantati dewan juri yang antara lain terdiri atas Remy Sylado, salah satu redaksi majalah Top Jakarta.
Di beberapa kejap peristiwa Euis yang bermata seperti kelereng itu kerap jua dijuluki ”rusa mungil”. Dan, ”Saya suka julukan itu,” komentar Euis Darliah. Dengan gaya anak rusa lasak, bahkan terkesan sedikit binal, Euis mengorbit dengan lagu Apanya Dong karya Titiek Pispa yang liriknya rada absurd itu. Dengan suara serak dan lepas, awal popularitasnya tercatat dekat akhir 1982 setelah sekian lama malang melintang dari panggung pertunjukan hingga klab malam yang bertebaran di metropolitan.
Euis cukup lama berjuang meniti karir musik. Bayangkan, Euis sudah menyanyi sejak berusia 10 tahun. Anak kelima dari 12 bersaudara ini, kebetulan, kemanakan pesinden Sunda terkenal, Titim Fatimah. Boleh jadi bakat menyanyinya ”turun” dari bibinya itu. Suatu kali, pada usia 10 tahun, Euis menonton hajatan di rumah tetangganya, dengan bertelanjang kaki, dan menggendong seorang adiknya. Ketika pembawa acara, Baskara, menawari hadirin menyanyi, si Euis spontan berteriak, ”Saya, Oom!” Ia menyanyikan lagu Anna Mathovani, penyanyi pop masa itu. Sambutan penonton, konon, luar biasa.
Peristiwa ini membuat Euis ”gila” menyanyi. Di SMP, hanya pelajaran menyanyi yang disukainya. Kemudian, diam-diam, ia menyanyi di sebuah night club. Melalui wartawan Ronald Situmorang, suami penyanyi Herty Sitorus, ia dipertemukan dengan Abul Hayat, seorang penemu bakat dan juga pemilik night club Latin Quarter di Harmoni, Jakarta. Euis Darliah mungkin akan terus menyanyi di pusat hiburan, kalau suatu ketika tidak datang Titiek Hamzah ke klub malam Tropicana, dan menyaksikannya menyanyikan Cry Baby yang sohor dari tenggorokan Janis Joplin,ratu blues putih yang mati muda itu.
Titik Hamzah komposer dan pencabik bass Dara Puspita di tahun 1981 menaruh kesan mendalam pada musikalitas Euis Darliah.”Dia begitu erkspresif” batin Titik hamzah yang saat itu lagi getol-getolnya bikin lagu buat diadu di Festival Lagu Popular Indonesia (FLPI) .Titik pun merasa telah menemukan penyanyi pendamping Hetty Koes Endang untuk menyanyikan lagu karyanya yang menjadi pemuncak dalam FLPI “Siksa”.
Tapi justru lewat lagu “Apanya Dong” karya Titiek Puspa, sosok Euis menjulang tinggi ke angkasa.
Euis setidaknya telah merampungkan tiga album lainnya:
Dicoba Dong, Apanya Dong II, dan Horas Kasih, lewat perusahaan DD Record.
Apanya Dong populer sampai ke Jepang, dan direkam dalam bahasa negeri itu.
Mencoba main film, antara lain dengan Benyamin S. dalam Sama Gilanya.
Euis Darliah memutuskan tinggal di Swedia
pada saat berada dipuncak karier. Memiliki seorang anak bernama Christy Darliah
dari perkawinannya dengan Yusuf Kadir.
Setelah sekian lama menetap di
Swedia, Euis kembali nyanyi di Jakarta. Kali ini sambil menangis. Euis kembali
nyanyi untuk sahabatnya Titiek Puspa. Ia tampil di konser penyanyi yang menolak
disebut sebagai legenda itu, Rabu 14 November 2007 malam di JIEXPO, Kemayoran,
Jakarta Pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar