Dia memulai karier sebagai personel The Rollies dan terlibat dalam album awalnya. The Rollies adalah sebuah kelompok dengan ciri khas brass rock yang banyak dipengaruhi
oleh Chicago dan Blood, Sweat &
Tears.
Deddy Stanzah pernah juga bergabung dengan God Bless sebagai pemain bass walaupun tidak sempat ikut rekaman.
Selepas God Bless, pertengahan tahun 1970an, Deddy Stanzah beserta dua
koleganya yang lain, Deddy Dores dan Jelly
Tobing
mengibarkan bendera Superkid. Deddy Stanzah cukup dominan dalam
membuat lagu untuk Superkid. Posisinya disamping sebagai pemetik dawai bass
juga merangkap sebagai vokalis.
Dalam masa vakum Superkid, Deddy
Stanzah sempat pula bergabung dengan Staccato Band di pertengahan tahun 1980-an, tidak menghasilkan album dengan
kelompok itu, tetapi secara rutin melakukan pertunjukan di kota Bandung
dan sekitarnya. Kiprah Deddy Stanzah semakin menonjol di blantika musik tanah
air ketika menyempatkan bersolo karier dan menghasilkan beberapa album.
Dari album yang telah dihasilkan, Play it Loud adalah album terbaik
Deddy Stanzah. Vokalnya yang penuh tenaga, aransemen berkarakter dengan
dukungan musisi rock terbaik tanah air dalam penggarapan albumnya sehingga
album tersebut layak dianggap sebagai masterpiece.
Tercatat nama-nama Harry Roesli, Albert Warnerin, Deddy Dores, Jelly Tobing dan Triawan
Munaf membantu penyelesaian album ini. Sementara itu album terakhirnya, Paradox sebuah album dengan ciri
kulit muka lukisan Deddy Stanzah digarap pada tahun 2000, beberapa bulan sebelum meninggal
dunia.
Popularitas Deddy Stanzah semakin
menjulang, ketika dia tampil sebagai pembawa lagu Sepercik Air yang terangkum dalam album Dasa Tembang Remaja yang dirilis tahun 1979. Lagu yang terkesan megah itu,
diiringi musik Prambors Band, pimpinan M. Noer Aroembinang. Lagu tersebut
merupakan salah satu lagu legendaris milik Deddy Stanzah yang membuat orang
selalu terkenang akan sosoknya jika lagu tersebut dikumandangkan.
Disamping lagu itu, masih di album
yang sama dilantunkan pula lagu Masa
Depan Di Tanganmu yang tak kalah apiknya. Kedua lagu itu, sebenarnya
berasal dari 30 semifinalis LCLR (Lomba Cipta Lagu Remaja) Prambors tahun 1979. Karena tidak berhasil masuk dalam
sepuluh besar, maka tidak dapat dimasukkan dalam album LCLR Dasa Tembang Tercantik, tetapi karena kualitas lagunya masih
memenuhi kriteria yang ditentukan, maka dimasukkanlah kedalam kompilasi lain
bertajuk Dasa Tembang Remaja
yang rilis pada tahun yang sama.
Sementara itu sejumlah singel telah
dihasilkan pula olehnya. Single ini mampu mengukuhkan popularitas Deddy Stanzah
di dunia musik tanah air pada periode akhir 1980 dan awal tahun 1990. Single tersebut adalah Siapakah Aku (1991) sebuah tembang syahdu dengan
aransemen musik penuh sentuhan keyboard yang menawan, Tomboy (1987) yang kaya akan beat dance menghentak ataupun Aku Kembali yang bernuansa keras penuh dengan raungan gitar yang
garang (1989).
Kehebatan Deddy Stanzah yang
berdarah Minangkabau ini tidak hanya dalam dunia
rekaman, dengan terlibatnya dia di album bersama Superkid, solo ataupun duet.
Dia juga seorang entertainer yang piawai ketika pertunjukkan live, penguasaan panggung yang prima
didukung gaya panggung memukau sehingga enak dinikmati telah memancarkan
kharisma tersendiri bagi penggemarnya. Namun sayang, di sela kehidupannya
sebagai rocker, Deddy Stanzah
terjerumus dalam dunia narkoba
dalam waktu yang cukup lama.
Dunia pembawa bencana itu telah dia
tinggalkan beberapa tahun sebelum meninggal, tetapi usaha tersebut telah
terlambat karena sebagai dampak pemakaian narkoba
dalam jangka panjang telah membuat kondisi fisiknya kian menurun, dan bahkan
menjadi penyebab dia terkena gangguan pada paru-paru dan jantungnya. Gangguan
itu menggerogoti badannya dan membuatnya sakit tak tersembuhkan yang
menyebabkan Deddy Stanzah meninggal dunia pada 22 Januari 2001 sekitar pukul 23.00 dalam pelukan
Isye istrinya di kediamannya Jl. Cikaso Barat, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar