Lady Rocker…… Indonesia punya berapa banyak? Sebutlah Sylvia Saartje yang melambung di tahun 70an dan dinobatkan sebagai lady rocker pertama Indonesia. Lalu Rose Kusumadewi. Dilanjutkan kemudin ada antara lan, Renny Djajoesman, Nicky Astria dan Ita Purnamasari termasuk, Anggun C.Sasmi yang berkibar di tahun 80an. Dan nama-nama lain macam Conny Dio, Inka Christie, Mel Shandy, Lady Avisha, Yossie Lucky. Bahkan termasuk Nike Ardilla.
Nah, di awal 2000an, rasanya tak ada lady rocker yang
menonjol. Kini, memasuki 2010 kedepan nampaknya gelar itu bisa ditujukan untuk
Tantri yang bernama asli Tantri Syalindri Ichlasari. Tapi, bagaimana Tantri
sendiri menyikapi sebutan itu? Tantri dilahirkan pada 9 Agustus 1989 di Tangerang, Jawa
Barat.
Ditemui di Yogyakarta belum lama ini, Tantri menyediakan
waktunya khusus buat NM sebelum dia latihan lagu baru yang akan dibawakannya
manggung malam itu. NM membuka wawancara dengan pertanyaan apakah ia setuju
dengan sebutan lady rocker untuk dia. Yang terjadi malah Tantri justru mempertanyakan
apa arti lady rocker.
Ah, cewek hitam manis yang tahun depan berusia seperempat
abad ini ditanya, malah balik tanya. Gimana seh, nduk? Seperti lirik Question
dari Manfred Mann's Earth Band ya? Itu lho, lagu terkenal yang cuplikan
liriknya “They answered my questions with questions”. So, jawabannya opo?
Bagi dia, kalau
sebutan itu diartikan sebagai perempuan yang bisa menyanyikan lagu rock, ya
bolehlah. Tapi kalau membandingkan sebutan itu dengan para senior yang disebut
di awal tulisan ini, dia sendiri merasa belum pantas untuk sebutan itu. Dia
merasa berat dengan predikat lady rocker jika dibandingkan mereka.
Tantri merendah nih. Apa alasannya sehingga dia merasa
belum pantas? Salah satunya adalah kemampuan dia menyanyi pada oktaf yang
tinggi. Dia menyontohkan bagaimana Nicky Astria – yang awal karirnya ada di
tahun Tantri belum lahir – masih mampu bernyanyi dengan santai dan stabil pada
nada-nada di oktaf tinggi.
Namun, Tantri bertekad untuk terus belajar agar bisa
seperti para lady rocker itu. Biar pas jadi lady rocker gitulah. Dia selalu
membeli DVD Workshop Vokal Bersama Indra Aziz dan juga CD Latihan Vokal
VokalPlus untuk menyempurnakan kemampuan tarik suaranya.
Vokalis kelompok (pop) rock, KOTAK ini sejak kecil memang
suka menyanyi. Adalah ayahnya yang menjadi inspirasi pertamanya karena ayahnya
juga seorang penyanyi. Dari ayahnyalah dia belajar bernyanyi dan boleh dibilang
ayahnya adalah orang yang “menjebloskan” Tantri ke dunia tarik suara. Awalnya
ayahnya tidak yakin dengan kemampuan sang anak.
Tapi, ketika SMP, Tantri mengikuti lomba vokal dan
berhasil menyabet juara ketiga sehingga ayahnya mulai mengendus bakat sang
anak. Kemudian ayahnya mengirim Tantri ke kursus vokal meskipun hanya 2 bulan
dan tidak berlanjut karena faktor biaya.
Biar begitu, waktu dua bulan itu sudah memberikan
pelajaran berharga buatnya. Ayahnya sering memutar lagu-lagu rock lama seperti
‘Panggung Sandiwara’, ‘Mimpi’, ‘Mengapa’, lagu-lagu AC/DC, Queen dan lain-lain.
Pulang sekolah, dia berlatih menyanyikan lagu-lagu itu lewat peralatan karaoke
di rumahnya. Dan, ‘Panggung Sandiwara’ (Duo Kribo) menjadi lagu yang paling dia
hapal luar kepala, “hapal mampus”, istilah Tantri.
Ihwal bagaimana suaranya sekarang bisa menjadi “pecah”,
Tantri menceritakan itu adalah sebuah blessing in disguise. Lagu pertama –
sekaligus lagu rock yang paling dia suka – yang dia kulik bersama band
pertamanya adalah ‘Killing In The Name’ milik Rage Against the Machine Killing.
Gara-gara menyanyikan dengan frame gak jelas alias salah cara, ia malah
mendapatkan suaranya seperti sekarang ini. Nampaknya Tuhan memang menciptakan
Tantri lewat cara itu ya?
Terus, kapan pertama kali nge-band? Dengan Ares? Ternyata
bukan. Penyanyi ini memulai karirnya dengan band pertamanya, Athena, dan sempat
masuk dapur rekaman dengan pengerjaan yang sederhana. Albumnya hanya dibuat dan
beredar terbatas di sekitaran Tangerang. Band ini memainkan musik rock di awal
tahun 2000.
Kemudian Tantri bersama Ares ikut Dream Band di tahun
2005. Bersama band ini, dia mulai masuk dunia industri musik. Keputusannya
bergabung dengan Kotak yang juga lahir dari ajang yang sama tahun sebelumnya
disebabkan dia harus move on karena kondisi ayahnya yang terkena stroke. Dia
harus membuat keputusan agar lebih produktif untuk keluarganya. Di Kotak, dia
tak langsung ikut manggung. Masa penyesuaian terjadi selama dua tahun. Tantri
lalui sebuah proses untuk jadi seperti sekarang ini.
Gaya panggungnya yang sekarang ini tak lepas dari
bagaimana dia mengidolakan Armand Maulana, vokalis Gigi. Sempat menjadi
perbincangan orang sebagai jelmaan Anggun, Tantri memang menjadikan Anggun
sebagai role model bagi kehidupannya.
Dari Anggun lah, Tantri mendapatkan banyak pelajaran
bagaimana harus menghadapi kehidupan. Ia kagum bagaimana idolanya itu cuek
menanggapi suara-suara miring yang beredar dan mengatasi masalah-masalahnya.
Eh, btw, bagaimana rencana ke depan?
Tantri agak enggan bicara tentang itu. Dia lebih
memikirkan bagaimana sekarang dia bisa terus berjuang bersama Kotak. Dalam
waktu dekat, mereka akan menerbitkan album lagi. Bagi dia dan grup nya, album
tetap harus ada sebagai bentuk karya. Terus berlanjut. Masalah distribusi,
manajemen sudah belajar dari peredaran album sebelumnya yang lewat gerai rumah
makan ayam goreng.
Dengan berseloroh, Tantri mengatakan mungkin album
berikutnya akan di-bundling dengan warteg saja karena warteg ada dimana-mana.
Saat ini, diakui Tantri, adalah saat yang sulit untuk menjual fisik album.
Sampai-sampai ia menyarankan mereka yang tertarik masuk ke dunia musik untuk
berpikir seribu kali kalau mau masuk dunia industri.
Masukannya adalah, jangan berharap bisa hidup jika hanya
mengandalkan penjualan fisik kecuali materi albumnya bagus dan didukung
manajemen yang handal, Ah, semua merasakan hal yang sama. Ini keprihatinan kita
semua terhadap dunia industri musik Indonesia saat ini. Sebuah problem yang
bahkan sudah mendunia.
Untungnya, Tantri berada di Kotak. Jadwal manggungnya
yang padat memberinya rejeki melimpah ruah. Kabarnya, Kotak kini menjadi salah
satu grup band dengan bandrol “argometer” tertinggi. Selain membagikan rejeki
itu untuk keluarga, Tantri juga berbisnis clothing dan kuliner.
Ya, kayaknya inilah persiapan masa depan yang sebenarnya
enggan dia bicarakan secara detil. Bisa saja 20 atau 30 tahun ke depan, ia
tinggal di Yogya karena ia memang punya darah Yogya dari ibunya sambil terus
melakukan kegemarannya menyanyikan lagu-lagu rock.
Kalau dia terus menyanyikan lagu rock, masak iya dia ga
pantas disebut lady rocker? Ada ungkapan “Voc populi, voc Dei” yang artinya “suara
rakyat adalah suara Tuhan”. Kalau rakyat sudah memberi gelar lady rocker, apa
dia bisa menolak? Yang disuarakan rakyat adalah suara Tuhan lho.
Kamu tak bisa menolaknya. Terima sajalah gelar itu. Toh
kamu tak memintanya. Orang-oranglah yang memberikannya padamu. Setuju kan, Tan?
Pastilah suatu saat kamu akan merasa pantas mendapat gelar itu karena dari
caramu bicara, kamu adalah orang yang punya tekat untuk belajar menyempurnakan
talenta yang Tuhan berikan padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar