Kenneth Downing lahir pada 27 Oktober 1951 di West
Bromwich, Inggris. Selama masa mudanya gitaris ini terpukau oleh suara gitar
dari pemain legendaris seperti Jimi Hendrix, John Mayall dan Eric Clapton.
Ken memperoleh gitar akustik pertamanya seharga 10 pound
yang dia tabung dari perolehan sebelumnya. “Suatu
ketika bahwa saya berusaha untuk mendapatkan buku notasi musik. Pada saat itu,
saya berkumpul dengan beberapa teman yang pada dasarnya melakukan hal yang sama
dengan saya. Kami biasanya duduk di sekitar rumah seseorang pada sore hari dan
akan ada sekumpulan orang lain yang ingat beberapa notasi musik. Saya rasa saya
bisa mengingat satu bar musik dengan sukses. Maka itulah caranya saya memulai,
dan itu cara yang bagus – kord bar itu adalah pembunuh, benar! Itu tak lama
sebelum saya ingin mendapatkan sebuah gitar listrik, karena seperti itulah
orang-orang ini bermain dalam rekaman. Maka, karena saya belum bisa mendapatkan
yang layak, saya membuatnya sedikit demi sedikit – Watkins Rapiers dan hal-hal
seperti itu.”
Setelah memperoleh tabungan yang lebih, Ken membeli
sebuah ampli Marshall dan semua siap dilakukan. Dia masih ingin memperoleh
sebuah gitar listrik yang layak dan dua tahun dia sanggup membeli Gibson SG. “Saya selalu menginginkan sebuah Flying V,
tapi saya harus menunggu sebentar sebelum saya memperolehnya,” dia mengenang.
Geloranya dengan musik membawanya diusir dari rumah pada
usia 15 tahun. Dia keluar dari sekolah pada saat bersamaan dan menfokuskan
energinya untuk memainkan gitar rock. Setelah dirasa cukup dia membentuk sebuah
band dengan teman SMUnya Ian Hill dan bersama mereka melanjutkan secara
ekstensif untuk berlatih, penulisan lagu dan memantapkan penampilan mereka.
Line-up pertama termasuk Al Atkins pada vokal, Ken pada gitar, Ian pada bass dan
John Ellis pada drum. Secara musikal mereka membawakan blues dan pengaruh
Hendrix terhadap Ken jelas terlihat dan terdengar di materi awal grup.
Penampilan pertama mereka adalah di St. John’s Hall di Essington pada 16 Maret
1971. Dari awal grup ingin dikenali dengan ciri mereka bersama dengan
komposisi milik sendiri dan mereka sedikit membawakan lagu milik artis lain.
Hidup dalam tur sangat sulit dan penghasilan adalah
segalanya dan hebat. Al Atkins meninggalkan band pada 1973 membawak drumer
kedua, Chris “Congo” Campbell bersama dengannya. Untuk vokalis baru, pacar Ian
Hill, Sue Halford menyarankan kakaknya, Rob. Ken mengunjungi Rob suatu malam
dan mendengarnya menyanyikan lagu Doris Day yang langsung membuat sang gitaris
muda tertarik. Pada saat itu dengan pengecualian Ian Gillan dari Deep Purple
tak satupun bisa membuat suara falsetto tinggi. Rob direkrut segera dan setelah
membawa drummer John Hinch dari band sebelumnya Hiroshima dan Judas Priest dengan
wajah baru siap menempuh tahun 1973 dan 1974 di jalanan. Mereka bermain hampir
dimana-mana di daerah Midlands, lalu berubah haluan ke daerah selatan negeri,
London dan akhirnya bagian lain Eropa. Walaupun penonton banyak, mendapatkan
kontrak rekaman adalah tugas yang sulit. Akhirnya label kecil Gull Records
menawarkan Judas Priest sebuah kontrak sebelum melakukan tur Skandinavia.
Pada saat yang bersamaan, Ken juga mulai menggunakan nama
panggung yang lebih pendek K.K.
Inisial itu lahir selama tur Eropa Judas Priest saat
seorang gadis di Denmark tidak dapat mengucapkan nama Ken dan secara sederhana
memanggilnya K.K. Nama itu menempel.
Sebelum mulai sesi rekaman, Gull memaksa band untuk
menambah pemain gitar kedua untuk memperkaya suara band. Glenn Tipton bergabung
dari The Flying Hat Band dan pasukan Judas Priest kini menjadi lengkap. Pada
pertengahan 70-an merupakan hal yang tidak biasa mempunyai dua pemain gitar
utama maka pada awalnya Judas Priest telah mengeksplorasi area baru.
Album debut Judas Priest hanya menunjukkan sedikit
atraksi masa depan dua gitar Downing dan Tipton. “Rocka Rolla” adalah campuran dari pengaruh musik tujuhpuluhan
mereka dan belum melekkan hasrat untuk maju kedepan kea rah sound hard rock
yang lebih melodic. Album ini tidak mengalami kesuksesan besar di chart tapi
band tetap dengan percaya diri melakukan tur secara tetap.
Akan tetapi, dengan album kedua dan album terakhir untuk
Gull, “Sad Wings Of Destiny” Judas
Priest membuktikan mereka adalah sebuah pasukan yang perlu diperhitungkan. Saat
ini secara universal diterima sebagai salah satu pelopor album heavy metal, “Sad Wings” termasuk sebuah poros dari
aliran New Wave Of British Heavy Metal di lagu “The Ripper”dan “Tyrant.”
Juga berisi lagu klasik yang mungkin sangat disukai oleh anggota band “Victim Of Changes” – sebuah lagu yang
awalnya dikenal sebagai “Whiskey Woman”
dan telah sering dimainkan oleh band awal tujuhpuluhan. Setelah bergabung, Rob
dan Glenn telah memberikan kontribusi mereka. K.K. melakukan salah satu lead
break miliknya yang paling terkenal di pertengahan lagu, gaya whammy bar yang
menjadi cirri khasnya di kemudian hari.
Secara artistik album “Sad Wings Of Destiny” adalah album
kemenangan, secara financial Judas Priest adalah orang yang beruntung.
Perusahaan rekaman tidak bisa mempromosikan band seperti yang mereka perlukan
pada saat itu. Juga terjadi perubahan personil di posisi drum saat drummer
Hinch pergi saat itu. Pada tujuhpuluhan band memakai jasa lima orang drummer
sebelum mantap dengan Dave Holland mantan drumer Trapeze.
Sebuah manajemen dan kontrak rekaman besar yang baru
dengan CBS Records akhirnya datang dan menyelamatkan mereka. “Sin After Sin” direkam pada awal 1977
dan kemudian membuat musik mereka menjadi lebih beragam dengan lagu pembuka “Sinner” yang berisi lead break lain
milik K.K. yang menggelegar, juga sama di lagu “Starbreaker” dan salah satu lagu metal terberat pada saat itu “Dissident Aggressor” yang diingat
hingga saat ini. Band juga merekam salah satu cover version pertama mereka, “Diamonds And Rust” milik Joan Baez.
Sama seperti cover version lainnya yang dilakukan oleh Judas Priest pada tahun
berikutnya, banyak pendengar saat ini mengira lagu-lagu tersebut adalah milik
asli Judas Priest. Ciri khas yang mereka letakkan pada lagu seperti “Diamonds And Rust” sangat kuat, rekaman
milik Baez dibuang jauh dari unsur yang tidak berhubungan dengan heavy metal.
Itulah yang yang menjadi versi Judas Priest.
Memasuki tahun 1977 Judas Priest menaklukan daerah baru
dengan debut tur AS mereka yang puncaknya adalah dua buah show di Oakland
membuka untuk Led Zeppelin. Album berikut, “Stained Class” dirilis pada awal
1978 dan “Killing Machine” (berjudul “Hell Bent For Leather” di AS) kemudian di
tahun yang sama, dimana mereka berkunjung ke Jepang untuk pertama kalinya.
Penggemar di Jepang menerima Judas Priest dengan antusias dan terindpirasi
dengan ini, sebuah album live “Unleashed In The East” direkam dari tur Timur
Jauh yang kedua yang terlaksana tahun berikutnya. Rilisan album live ini telah
menjadi status klasik dan menjadi salah satu dokumen live esensial dari heavy
metal. Di panggung konser K.K. dan Glenn telah memantapkan gaya gitar mereka
menjadi sempurna dan saat ini Priest memantapkan tampilan pakaian kulit dan
tongkrongan mereka. Secara visual ini menambah dimensi baru terutama melalui
Rob Halford yang kemudian menerima julukan “Metal God.”
Untuk memimpin aliran NWOBHM album “British Steel” diluncurkan pada 1980 dan merangsek ke No. 4 di
Negara asal. Banyak yang masih memandang ini sebagai saat terbaik bagi Priest
dan tidak diragukan ini adalah klaim yang valid. Antem hebat seperti “Breaking The Law”, “Metal Gods,” “Grinder”
dan “United” masih muncul di daftar
lagu panggung band hingga saat ini. Dengan “Living
After Midnight” mereka juga mempunyai single lagu terkenal yang potensial.
Lagu itu mencapai No. 12 di chart UK. “Breaking
The Law” dan “United” kemudian
juga menjadi single sukses.
Album “Point Of
Entry” muncul di musim semi dan walaupun tidak sekuat “British Steel” album ini masuk terdapat beberapa lagu yang
menghentak – seperti lagu pembuka “Heading
Out To The Highway” dan lagu hebat “Desert
Plains.” Saat tur di AS, band bermain di gedung yang besar dibandingkan
sebelumnya, menandakan bahwa sesuatu tengah terjadi. Hal ini menjadi kenyataan
saat grup merilis album mereka berikutnya “Screaming
For Vengeance.”
“Screaming For Vengeance”
membuat band terkenal di AS, penjualan mencapai platinum ganda. Video untuk “You’ve Got Another Thing Comin’” sering
diputar di channel musik baru MTV. Tur “World
Vengeance” melanjutkan kesuksesan mereka dan saat tahun berikutnya mereka
telah menaklukkan setiap sudut Amerika.
Setelah kembali ke negara asal Priest langsung menyiapkan
produksi untuk rekaman berikut, “Defenders
Of The Faith” yang mungkin, lebih metalik dibandingkan pendahulunya. Tur
selanjutnya mereka kembali ke Eropa sekali lagi sebelum mengambil cuti panjang
setelah kerja keras selama 10 tahun. Istirahat ini diselingi dengan tampil
sebentar di festival Live Aid di musim panas 1985.
Untuk album “Turbo”
pada 1986, Priest menampilkan sebuah sound yang modern diperkaya oleh gitar
synthesizer dan produksi secara digital. Hal ini menimbulkan penerimaan yang
beragam dimana banyak yang mengungkapkan fakta bahwa album ini berisi beberapa
materi grup yang kuat.
Awal musim panas 1986 tur “Fuel For Fire” membawa mereka keliling dunia dan membuktikan
sebagai sebuah kesuksesan lainnya, beberapa konser direkam untuk album ganda “Priest…Live” menampilkan secara
eksklusif lagu-lagu setelah album “Unleashed”,
video konser dirilis pada saat bersamaan secara simultan yang disutradarai oleh
Wayne Isham dan menjadi salah satu video metal hebat yang pernah dirilis.
Album “Turbo”
awalnya direncanakan sebagai album ganda dan beberapa lagu muncul pada album
“Ram It Down” rilisan 1988. Rekaman ini berupaya mencapai kembali akar yang
lebih heavy dari grup disamping menjaga unsur musik melodic milik Priest dalam
lagu seperti “Blood Red Skies” dan
cover version yang impresif dari lagu klasik “Johnny B. Goode” milik Chuck Berry.
Untuk tampilan panggung baik lagu favorit K.K. “Sinner” dan yang paling banyak diminta “Beyond The Realms Of Death” kembali
masuk ke daftar lagu. Tur “Mercenaries Of
Metal” sukses dengan grup yang kembali ke kampung halaman mereka untuk
memainkan serangkaian jadwal di Inggris, pertama dalam empat tahun. Perubahan
personil terjadi setelah perjalanan ini, saat Dave Holland keluar karena
masalah keluarga dan Scott Travis dari band Amerika Racer X masuk. Awan gelap
juga membayangi band saat mereka dipaksa hadir di pengadilan Reno untuk membela
diri melawan tuduhan pesan tersembunyi
yang ada di rekaman lama. Dengan pengadilan yang mengatur bantuan untuk
band, Priest menyiapkan untuk memasuki tahun 1990 dengan dendam.
Kasus pengadilan dan kedatangan drummer Scott Travis
menginspirasi Judas Priest untuk mantap kembali dengan album mereka yang lebih
heavy dan lebih cepat. Album “Painkiller”
diisi dengan lead break yang melengking, Downing dan Tipton membombardir dengan
serangan gitar kembar. Dan diatas itu semua Rob Halford menjerit seperti
seakan-akan akan meledakkan kepala anda! Lagu “Painkiller” dan “Metal
Meltdown” mempunyai ‘lead break’ yang cepat dan garang, sementara
menyisakan melodi dan harmoni Priest yang biasa.
Setelah album “Painkiller”
Priest melakukan sebuah tur dunia yang sukses dimana mereka mengunjungi hampir
setiap sudut planet. Pada 1991 album itu menerima nominasi Grammy dan selama
musim panas tahun yang sama band ini mengelilingi AS sebagai bagian dari paket
Operation Rock ‘n’ Roll, bersama dengan Motorhead dan Alice Cooper dan lainnya.
Jadwal terakhir adalah di Toronto – ini akan menjadi penampilan Judas Priest
terakhir selama lebih dari enam tahun dan penampilan terakhir dengan vokalis
Rob Halford selama hampir 13 tahun.
Setelah tur selesai band memutuskan untuk cuti selama
satu tahun, telah bekerja secara ekstensif selama 20 tahun inilah saatnya untuk
beristirahat. Halford berencana mengerjakan sebuah album solo yang pada akhirnya
membuatnya keluar dari era Priest pada 1993. Pada tahun yang sama mereka
merilis album kompilasi ganda “Metal
Works ’73 – ‘93” untuk merayakan pencapaian karir panjang band.
Dari 1994 hingga 1997 grup mengerjakan materi baru dan
mengumpulkan sejumlah demo dari seluruh dunia – sejumlah vokalis harapan
mencoba untuk memperoleh jabatan vokalis. Rekan satu band Downing, Glenn Tipton
merekam dua album solo selama waktu itu sementara K.K. berkonsentrasi pada
penulisan materi untuk album Priest berikutnya yang dijanjikan akan menjadi bab
paling berat dan paling brutal dalam sejarah band. Priest juga teken kontrak
baru dengan SPV Records (distribusi Atlantic di luar negeri) dan siap untuk
beraksi.
Seorang penyanyi Amerika, Tim Owens bergabung dengan
band, dengan cepat diberi nama Ripper setelah audisinya dengan lagu yang sama
dan Priest siap untuk melangkah menuju keramaian dunia metal. Akhirnya dirilis
pada 1997, “Jugulator” langsung
mendapat reaksi. Sebagian penggemar terkejut dengan perubahan arah. Priest
sekali lagi mengambil kesempatan dan merambah area baru secara musical. K.K.
dan Glenn merubah tune gitar mereka untuk album ini dan melakukan tur dengan
demikian lagu klasik mempunyai sound yang lebih berat dan lebih brutal
dibandingkan sebelumnya.
Dengan Ripper yang telah mantap sebagai vokalis baru
Priest, saat yang tepat untuk ronde berikutnya dalam membuat album live bagi
band. Hasilnya adalah “Live Meltdown ‘98”
yang direkam di seluruh dunia, menampilkan trek dari semua era Priest dan
menunjukkan bakat vokal yang tak terbantahkan milik Owens, “Meltdown” mungkin lebih ke rekaman gaya “di wajahmu” karena
direkam di arena yang lebih kecil dan gitar dengan tune yang rendah. Kekuatan
musik dibelakang lagu “Grinder,” “Painkiller,” dan “Jugulator” – dari sedikit contoh – sangat kelihatan dan kuat.
Setelah tur AS yang pendek di musim gugur, Priest mengambil cuti sebentar untuk
mengembalikan energi untuk sebuah album baru di millennium baru.
Album kedua band dengan SPV dan Owens pada vokal, “Demolition” diedarkan pada musim panas
2001. Album ini lebih jauh membawa band dengan sound metal yang modern seperti
yang telah dieksperimenkan oleh band di album “Jugulator.” Akan tetapi, album ini masih berisi lagu-lagu yang
menunjukkan jejak masa lalu band, dua lagu yang bertenaga “Bloodsuckers” dan “One On
One” menjadi contoh bagus untuk lagu dengan ciri tersebut.
Tur panjang “Demolition
World Tour” membawa band keliling dunia hingga pertenahan 2002. Konser
spesial di Brixton Academy, London pada Desember 2001 direkam dan dibuat untuk
rilisan konser DVD dengan judul “Live In
London” pada tahun berikutnya.
Pada 2003 saat band mengambil cuti dari tur dan rekaman
beberapa peristiwa khusus juga dilakukan. Sebuah rilisan DVD dengan judul “Electric Eye” diedarkan, mengumpulkan
semua video promo resmi dari era Halford bersama dalam 1 disc. Boxset besar “Metalogy” juga direncanakan untuk 2004.
Hal tersebut juga merupakan kesempatan untuk membawa kembali Rob Halford ke
dalam Judas Priest. Walaupun anggota band sudah berdiskusi dengan Halford
sebelumnya, ini adalah pertama kalinya semuanya dalam satu ruangan melakukan
diskusi yang layak. Pada mulanya mengenai perilisan “Metalogy” dan rilisan ulang album Priest tapi juga keputusan untuk
bersatu kembali telah dibuat. Reuni Priest secara resmi diumumkan pada musim
panas 2003.
Dari awal band telah menjelaskan mereka bergabung kembali
bukan sekedar tur nostalgia dan berkomitmen secara penuh untuk merekam album
studio baru. Sebuah kontrak baru dengan Sony telah dimantapkan dan untuk
percobaan Priest bergabung dengan paket tahunan Ozz fest di musim panas 2004
untuk beberapa jadwal di AS. Sebelum ini band telah memainkan show pertama
mereka selama 13 tahun dengan Rob halford pada vokal utama dengan penampilan
outdoor atau indoor
Priest menerima sambutan hangat dari dua sisi benua dan
musim semi 2005 menandakan kembalinya mereka secara gagah dengan album “Angel Of Retribution,” Baik K.K. dan
Glenn menunjukkan ketrampilan mereka dengan solo gitar yang penuh rasa pada
beberapa karya hebat seprti “Deal With
The Devil”, “Judas Rising” dan “Hellrider.”
Album ini juga menunjukkan trek yang beragam milik Priest seperti “Angel” yang indah, “Worth Fighting For” yang meoldius dan sound epik yang menggelegar
pada penutup album “Lochness.”
Tur dunia terobosan lainnya dilakukan setelah perilisan “Angel Of Retribution” dan salah satu
penampilan hebat adalah beberapa show yang sold-out di Budokan Hall yang
legendaris, Tokyo di Jepang. Dari konser ini sebuah DVD berjudul “Rising In The East” diambil dan direkam
pada akhir 2005 setelah selesainya tur. Pada 2008 Prieest melepas sebuah rekama
dengan konsep yang masif “Nostradamus”
yang berhubungan dengan kehidupan dan kejahatan dari utusan abad pertengahan.
Album ini berisi trek hebat yang beragam mengambil pengaruh dari keseluruhan
karir band, terutama karya hebat 70-am seperti “Sad Wings Of Destiny” dan “Sin
After Sin.”
Setelah sebuah tur yang sukses untuk mempromosikan album
dan ronde lainnya untuk merayakan ulang tahun yang ke 30 untuk album “British Steel”, K.K. mengumumkan
pengunduran dirinya dari band. 40 tahun setelah konser pertama Judas Priest,
K.K. membayangkan karir panjangnya: “Saya
merasa bahwa Priest telah memainkan bagiannya di sejarah musik dan merasa
sangat bangga dengan pencapaian yang kami miliki. Maka terdapat sebuah perasaan
yang baik dalam diri saya dan tentu saja saya merasa berhutang kepada para
penggemar di seluruh dunia. Saya cukup beruntung mempunyai hidup yang hebat dan
telah memenuhi banyak tujuan, salah satu yang paling signifikan adalah
pertemanan yang telah saya punya dengan penggemar saya.”
Selama karirnya sebagai gitaris metal professional, K.K.
telah mencurahkan energinya secara total pada Judas Priest, dengan demikin
tidak ada rekaman solo Downing yang muncul. Akan tetapi, pada 2006 K.K. ikut
menjadi produser dan menjadi bintang tamu pada album Violent Storm “Storm Warning” yang memainkan 2 solo gitar
dari 10 trek. Dan juga dia menjadi produser debut album band Hostile dan juga
bekerja dengan mereka sebagai penulis lagu bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar